ORV Chapter 333: Episode 62 – God’s Enemy (6)

 Disclaimer: Novel ini bukan punya saya

 

Tubuh Jung Heewon memancarkan cahaya putih dan dia mengarahkan Sword of Judgment ke arah Athena.

Athena berkata, “Uriel…. Aku tidak mendengar apapun soal Eden datang kemari?”

“Aku datang bukan sebagai anggota nebula Eden.”

“Lalu?”

“Aku hanya membantu inkarnasiku.” Uriel melanjutkan ucapannya setelah diam selama beberapa detik. “Athena. Hingga saat ini, bukankah kau sudah melakukan banyak hal untuk Olympus? Berapa lama lagi kau akan mengkhawatirkan Gigantomachia? Apa kau akan tetap menciptakannya bersama dengan biro?”

“Tentu saja aku mengkhawatirkannya. Ini adalah masalah yang serius, Uriel. Kami hanya ingin mengingat kembali kisah di mana kami mendukung kebaikan dan menghukum kejahatan. Dengan kata lain, kebaikan selalu mengalahkan kejahatan. Kami harus terus mengulanginya agar tidak ada yang melupakannya.”

“Mendukung kebaikan dan menghukum kejahatan…”

“Jika cerita kebaikan bertambah, para konstelasi akan mengkonsumsi banyak cerita yang baik. Semakin banyak cerita baik yang beredar, maka Star Stream akan menjadi semakin bersih.”

Tatapan Uriel bergetar saat dia mendengar ucapan Athena. Membuat banyak cerita dan skenario kebaikan akan membuat dunia menjadi lebih baik. Ya, dulu dia juga pernah berpikir seperti itu.

“Kalau begitu, apa Star Stream yang sekarang lebih baik? Apa para konstelasi menyukai cerita yang baik itu?”

“Sekarang masih tidak cukup. Tapi suatu hari nanti…”

Sayap Uriel mengepak beberapa kali.

“Athena, kau biasanya selalu memihak yang lemah.”

Uriel menatap para raksasa yang sedang bertarung. Lebih tepatnya dia melihat raksasa terkecil—Breaking the Sky Sword Saint

“Aku ingin bertanya padamu, Spokesman of Justice and Wisdom.” Uriel mengubah nada bicaranya dan ekspresi Athena menjadi semakin serius. “Apa ‘raksasa’ itu jahat?”

Athena menatap Breaking the Sky Sword Saint. Breaking the Sky Sword Saint menghancurkan langit dan menebas banyak konstelasi. Tubuh Breaking the Sky Sword Saint memang lebih kecil dari raksasa lainnya, tapi dia sangat kuat. mungkin dia lebih kuat daripada raksasa yang selama ini tidak melakukan apa-apa di Tartarus.

Akan tetapi kekuatan Breaking the Sky Sword Saint bukanlah sesuatu yang dia dapatkan sejak dia dilahirkan.

< “Pergi kau! Menjauh dariku! Dasar gadis sial!” >

< “Gadis terkutuk! Kau sudah menghancurkan keluargaku!” >

< “Dia memiliki darah raksasa. Katanya jika kau memakan jantung gadis itu, kau bisa menjadi sekuat harimau.” >

Penderitaan yang dialami Breaking the Sky Sword Saint muncul di depan mata Athena. Kehidupan transenden itu sangat getir hanya karena dia terlahir dengan darah raksasa dan karena penampilannya yang berbeda.

Athena menggigit bibirnya. “Semua raksasa itu berbahaya. Mereka memiliki sifat perusak dan mereka bisa menciptakan bencana yang mengerikan.”

“Bencana? Memangnya kepada siapa bencana itu tertuju?”

Athena mempererat cengkramannya pada tombak yang ada di tangannya sambil terus menghindari tatapan Uriel.

“Tentu saja, kepada manusia…”

“Manusia? Sejak kapan Olympus peduli pada manusia?”

“Uriel! Sebaiknya kau perhatikan kata-kata…!”

“Athena, kau juga sudah mengetahuinya.”

Athena membuka mulutnya seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi dia urung melakukannya. Uriel pun melanjutkan ucapannya.

“Cerita yang ingin kau ciptakan sekarang adalah cerita ‘mendukung kebaikan dan menghukum kejahatan’ palsu. Ini hanya mitos palsu yang menunjuk ‘kejahatan’ dan ‘kebaikan’ secara sembarangan.”

Tatapan Athena mulai bergetar.

“Memangnya kenapa kalau cerita ini palsu? Meski cerita ini hanya cerita palsu…”

“Athena, apa kau sudah lupa? Skenario ‘mendukung kebaikan dan menghukum kejahatan’ diciptakan karena ada banyak cerita ‘palsu’ yang beredar.” Suara Uriel bergetar saat dia mengingat masa di mana dia terus menerus ‘memburu para demon’. “Athena. Dalam skenario ini, tidak ada kebaikan dan kejahatan. Yang ada hanya keinginan konstelasi untuk menikmati sebuah cerita.”

Uriel menatap langit dan seberkas cahaya meneranginya. “Aku…. Tidak mau melihat cerita seperti ini lagi.”

Archangel Uriel menatap Star Stream.

“Sekarang aku ingin melihat ‘kejahatan yang sesungguhnya’ hancur.”

Athena membelalakkan matanya. Dia berkata dengan suara bergetar. “…. Cerita itu sudah menghilang sejak dahulu kala….”

“Tidak. Cerita itu tidak menghilang.” Ucap Uriel sambil tersenyum dan menatapku. “Untuk itulah aku datang ke tempat ini.”  

Sword of Judgment dan tombak milik Athena saling teracung ke arah satu sama lain.

“Tidak ada lagi ruang untuk kompromi.”

Archangel Eden mulai menyerang dewi Olympus. Serangan Athena sangat kuat dan mungkin sudah melebihi batas probabilitas. Jung Heewon awalnya terlihat terdesak, tapi situasi berbalik setelah Yoo Joonghyuk ikut menyerang dewi itu. Selama sinkronisasi dengan Uriel masih terjadi, kami pasti bisa menahan dewi itu.

[Konstelasi ‘Prisoner of the Golden Headband’ menatap senang ke arah pertarungan sengi tantara dua konstelasi.]

[Konstelasi ‘Abyssal Black Flame Dragon’ ingin dua konstelasi itu mati.”

[Semua konstelasi dari sistem kejahatan absolut bersuka cita saat melihat pertempuran antara dua konstelasi dari sistem kebaikan absolut.]

Ada banyak koin yang masuk ke dalam channel melalui Biyoo sampai-sampai tubuh dokkaebi itu bergetar pelan.

{Baat…}

Aku menatap sisi lain langit. Masalah yang sekarang sedang kuhadapi adalah laki-laki berambut merah yang sedang diam di atas sana. Dia menaiki sebuah kereta kuda dengan matahari merah di belakangnya.

Sang Almighty Sun—Apollo. Sama seperti cerita dalam mitos, dia memiliki wajah yang sangat tampan. Kurasa level ketampanan seperti itu pasti bisa menampar wajah Yoo Joonghyuk setidaknya satu kali…. Ah tidak, mungkin dua kali.

[Konstelasi ‘Almighty Sun’ mengarahkan kemarahannya kepadamu!]

Dia adalah salah satu dari 12 dewa utama Olympus, dan aku tidak mungkin bisa melawannya sendirian. Pluto sudah rusak dan beberapa bagian tubuhnya tidak bisa digerakkan. Mungkin tubuh inkarnasiku akan berubah menjadi abu jika menerima satu atau dua serangan darinya.

Akan tetapi aku tidak khawatir. Alasannya, karena bukan aku yang akan melawan Almighty Sun.

Dari kejauhan, aku bisa mendengar suara klakson kereta. Lalu, beberapa saat kemudian aku bisa mendengar suara kereta yang sedang melaju di atas rel. Dulu, aku bahkan tidak sadar betapa menyeramkannya suara itu.

[Konstelasi ‘Almighty Sun’ merasa bingung.]

Jika Olympus memiliki 12 dewa utama, maka Vedas memiliki 8 Lokapala. Dan aku sangat mengenal Lokapala yang muncul di medan tempur ini.

“Surya, apa yang sedang kau lakukan di sini?”

Kereta milik Apollo dan Surya bertabrakan hingga menyebabkan ledakan yang sangat dahsyat. Kereta Surya tidak sebesar saat aku dan partyku melawannya di Demon Realm, tapi dengan sisa probabilitas dan kereta sebesar itu, rasanya sudah cukup untuk menyamai kereta milik Apollo.

“Surya…. Bisakah aku mengartikan ini sebagai pernyataan perang dari Vedas?”

“Aku tidak punya hubungan dengan Vedas. Aku sudah keluar dari sana beberapa saat yang lalu.” Ucap Surya sambil tertawa. “Aku kemari hanya untuk menentukan siapa dewa matahari yang terbaik.”

Cahaya matahari yang sangat terang menyinari seluruh medan tempur. Ya, ini adalah pertarungan antara Surya dan Apollo. Panah-panah yang berisi energi cahaya milik Apollo menutupi seluruh langit seperti titik-titik air hujan, sedangkan mata ketiga Surya mengganggu jalur lintasan dari panah-panah itu. Dua mitos yang sangat terkenal saling menyerang satu sama lain. Ya, aku bisa menyerahkan Apollo kepada Surya.

Setelah itu aku mulai memperhatikan medan tempur di sekelilingku.

“Dokja-ssi! Aku suka tameng baru ini!”

Lee Hyunsung yang sedang menggunakan Heracles’s Shield sekarang sedang berlari melintasi medan tempur sambil menjatuhkan para pahlawan dan prajurit raksasa yang ada di dekatnya. Kemudian Han Sooyoung mengalahkan prajurit raksasa Heracles satu per satu dengan sihirnya.

Saat Stage Transformation mulai hancur, neraca skenario ini lebih berpihak pada kami. Para raksasa mulai mendesak para pahlawan, lalu ada Lee Gilyoung dan Shin Yoosung yang mengendalikan chimera dragon pun menggunakan nafas naga untuk membakar Pantai.

Lee Jihye terus menembakkan peluru sihir ke arah prajurit raksasa Heracles. Untungnya aku sudah meningkatkan energi sihir milik gadis itu untuk momen seperti ini.

[Sebuah mitos baru mulai muncul di Gigantomachia!]

Mitos Kim Dokja’s Company sedang direkam secara real time. Semua orang bertarung dengan baik dan tidak ada kesalahan yang terjadi.

< Meski begitu, Kim Dokja masih merasa was-was. >

Entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang salah, meski aku tidak menemukan masalah apapun di medan pertempuran. Uriel dan Surya datang membantu di waktu yang tepat, lalu Yoo Joonghyuk juga sudah kembali setelah mengatasi krisis di Bumi. Lalu kenapa?

< Sebenarnya Kim Dokja sudah mengetahui alasannya. >

Tidak.

< Coba lihat ke sekelilingmu. >

Sosok yang kucari tidak ada di sini. Athena, Jason, Apollo, Achilles…

Ada banyak dewa dan pahlawan terkenal di medan tempur ini, tapi mereka semua bukan pemimpin faksi Olympus.

Jika skenarionya benar, harusnya ada satu pemimpin faksi Olympus yang tersisa. Aku harus membunuhnya untuk menghentikan skenario ini.

Mungkin pemimpin faksi Olympus adalah Volcanic Blacksmith Hephaistos yang belum muncul. Tapi bukannya dia tidak berpartisipasi dalam Gigantomachia dalam novel asli dan versi revisinya? Kalau begitu siapa pemimpin lain dari Olympus?

< Di waktu yang sama, seorang pahlawan muncul di bidang pandang Kim Dokja. >

“Berhenti! Kalian semua harus berhenti!”

Aku menatap pahlawan itu. Dia memiliki kulit kecoklatan, tubuh berotot, dan mata berkunang-kunang. ‘Status’ yang kurasakan darinya terasa mirip dengan Yoo Sangah.

Hero of the Labyrinth, Theseus.

“Pertarungan ini tidak ada artinya!”

Theseus sedang berusaha menghentikan pertarungan ini.

“Kita harus berhenti! Kita tidak perlu melawan para raksasa! Melakukan semua ini tidak akan membantu Olympus. Athena! Apollo! Bukannya kalian sudah tahu itu!?”

Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Di Gigantomachia yang dilakukan di masa lalu, Theseus tidak pernah muncul dan melakukan hal seperti ini. Itu bukan cerita yang tidak mungkin, tapi…

“Kumohon berhenti! Jika begini Olympus akan….!”

Semua terjadi dalam sekejap, dan tiba-tiba panah merah muncul di atas kepala Theseus. Itu adalah panah yang menunjukkan jika dia adalah salah satu pemimpin faksi Olympus.

Tiba-tiba Theseus memegang kepalanya dan menggeram kesakitan.

“I-ini…. Ti-tidak. Tidak! Ayah!!”

Ada sesuatu yang sangat salah.

***

Dionysus yang sedang menonton skenario Gigantomachia di sofa biro langsung melompat bangun. Kotak popcorn yang dia pangku langsung jatuh ke lantai dan memuntahkan semua isinya.

Bihyung yang kaget ingin mengatakan sesuatu, tapi Dionysus lebih cepat darinya. “Sial! Kenapa ada Theseus di sana!?”

Dionysus berteriak kepada para dokkaebi sekaan dia adalah raja dokkaebi itu sendiri.

“Cepat lakukan ‘survei plausibilitas probabilitas’! Jika tidak semua orang akan mati!”

Detik berikutnya, sebuah ledakan besar terjadi.

***

Aku tidak tahu apa yang terjadi. Telingaku berdengung dan penglihatanku menjadi putih. Aku terperangkap dalam sebuah ledakan yang membuatku terhempas ke tembok batu hingga menembus sebuah gua.

[Tubuh inkarnasimu mendapatkan damage yang besar.]

[Tubuh inkarnasimu mendapat damage serius. Kau membutuhkan perawatan darurat!]

Aku menutup luka yang ada di tubuhku untuk mencegah ceritaku mengalir keluar dari sana. Setelah itu, aku bangkit dengan susah payah dan berjalan ke bibir gua.

Medan tempur dipenuhi dengan darah. Gelembung ombak mencapai ujung kakiku dan angin laut membelai wajahku. Akan tetapi aku tidak bisa melihat siapapun di sana.

Tidak ada Shin Yoosung dan Lee Gilyoung yang naik di atas naga mereka. Lee Jihye yang seharusnya berada di Ghost Fleet juga tidak terlihat. Begitu juga Lee Seolhwa dan Lee Hyunsung yang tadi sedang melindungi party nya.

“Yoosung! Gilyoung!”

Kim Dokja tidak bisa melihat siapapun. Entah itu Yoo Joonghyuk yang seharusnya sedang melawan Athena di langit, ataupun Han Sooyoung yang tadi sedang menghancurkan banyak Heracles. Bahkan sosok Uriel dan Surya juga tidak terlihat.

“Han Sooyoung! Yoo Jonghyuk!”

Teriakanku bergema di dalam gua yang terus diterpa angin laut. Jantungku berdetak kencang…. Apa yang barusaja terjadi?

Beberapa saat kemudian, aku bisa melihat sesuatu yang besar muncul dari dalam air. Itu adalah sosok yang tidak bisa diukur dan dibayangkan oleh rasionalitas manusia.

Sebuah pikiran melintas di kepalaku. ‘Dia adalah dewa.’

Saat melihatnya aku merasa jika semua konstelasi yang pernah kutemui hanyalah sosok palsu yang mengaku sebagai dewa. Ya, sosok yang baru saja muncul di depanku ini sangat pas jika dideskripsikan sebagai dewa itu sendiri.

“Aku adalah Spear that Parts the Boundaries of the Sea, Poseidon.”

Dalam cerita mitologi, dia adalah ayah dari Theseus—pahlawan hebat yang berafiliasi dengan Olympus. Saat suara aslinya bergema di seluruh penjuru medan tempu, jantungku berdetak kencang dan darah mengalir dari mulutku. Yang kurasakan sekarang mirip dengan apa yang kurasakan saat bertemu dengan outer god untuk pertama kalinya.

Ujung jariku terus bergetar tanpa henti. Kenapa Poseidon turun ke skenario ini? Itu tidak mungkin. Poseidon tidak pernah ikut campur dalam skenario Gigantomachia. Jika konstelasi level mitologi sepertinya ikut campur, bukan hanya probabilitas milik Olympus akan mendapatkan damage yang sangat besar, akan tetapi skenario ini juga akan ikut hancur.

Meski begitu dia sudah muncul di tempat ini. Apa-apaan ini!? Apa yang dia pikirkan!? Tanganku terus bergetar. Tapi setelah beberapa saat aku sadar jika bukan tanganku yang bergetar, tapi handphoneku.

 

Chapter 332     Daftar Isi     Chapter 334


 


Komentar

Postingan Populer