ORV Chapter 287: Episode 54 – Demon King Slayer (3)
DisclaimerL Novel ini bukan punya saya
“Archangel!”
Demon king Ose melihat ke kanan dan kiri dengan tatapan takut.
Begitu juga dengan para konstelasi dari sistem kejahatan absolut. Bagi mereka,
archangel Eden adalah musuh yang paling buruk.
Pasti mereka sangat kaget ketika melihat ada dua archangel
yang turun di waktu yang sama.
“Kenapa ada archangel di sini? Bukannya semua
malaikat Eden mati setelah hari itu!?”
Aku merasa sedikit menyesal ketika mendengarnya. Ini adalah dunia regresi
ke-1863. Gabriel dan Jophiel tidak tahu apa yang terjadi di dunia ini.
“■■. Omong kosong macam apa ini?”
Suara asli Gabriel bergema dengan keras. Sama seperti Uriel,
kata umpatan muncul dengan mudah dari mulutnya. Aku harus menghentikannya
sebelum masalah ini menjadi lebih besar.
“Gabriel. Kau tidak
perlu mendengarkan omong kosong mereka. Cepat kalahkan mereka!”
“.... Jangan merengek, manusia tidak tahu
malu.”
Aku memang tidak punya hak untuk memerintahnya, tapi
malaikat itu tetap harus mengikuti kata-kataku. Kekuatan Gabriel mulai memenuhi
tubuhku.
“Aku adalah archangel Gabriel.”
Bulu kudukku berdiri. Akhirnya, cerita utama milik Gabriel
mulai mengalir.
“Aku dikirim ke tempat ini untuk mengabarkan
berita baik pada kalian.”
Tentu ‘kabar baik’ itu hanya berlaku pada orang-orang yang
berada di pihak yang sama dengan Gabriel.
“Jangan takut! Archangel bukan apa-apa. Mereka
hanyalah sisa-sisa kekuatan yang telah kehilangan tempat bernaung!”
Demon king Ose berusaha menaikkan moral tempur para
konstelasi. Anehnya ketika Ose berkata seperti itu, dia juga bergerak menjauh
dari kami. Semua itu terjadi ketika para konstelasi menghunuskan relik mereka
dan menyerangku.
“Ini waktu yang tepat untuk mengakhiri
segalanya!”
Cerita milik Gabriel, ‘Revelation of the Apocalypse’ telah
dimulai.
< Kau telah melihat domba jantan dengan dua tanduk. Tanduk pertama
yang berada di antara kedua matanya adalah raja pertama. >
Benang-benang emas mulai mengalir dari dalam tubuhku. Ukuran
tubuhku menjadi semakin besar seiring bertambahnya jumlah benang-benang itu.
Tubuhku dipenuhi oleh kekuatan, layaknya seekor domba jantan yang sedang
menghadapi masa kawin. Dua tanduk putih muncul di kepalaku.
“U-Uhhhh…”
Para konstelasi dari sistem kejahatan absolut langsung
ketakutan ketika mereka melihat tanduk itu. Beberapa konstelasi menjatuhkan
senjata mereka, beberapa langsung melarikan diri, dan sisanya langsung menyerangku
sambil berteriak dengan keras.
“Uwaaah!”
Mereka berteriak ketakutan seakan mereka bisa melihat akhir
hidup mereka.
< Dia akan menjadi lebih kuat dan semakin kuat dengan kekuatannya
sendiri, bukan kekuatanku. >
Ketika para konstelasi itu menyerangku, enam sayap yang ada
di punggungku langsung memancarkan cahaya untuk menghalau serangan itu. Karenanya,
aku sama sekali tidak mendapat luka sedikitpun.
Senjata besi yang terpanggil di depan mataku berhasil
menghentikan semua tipe serangan. Itu adalah senjata yang banyak digunakan oleh
klan giant god. Ular yang melilit senjata itu memancarkan sinar terang dan
matanya dihiasi warna-warna cerah yan mengingatkanku pada kaca patri yang
berbentuk salib.
Ini adalah divine spear milik Gabriel—the Preference Scale.
Aku memegang gagang tombak itu dengan erat, dan tiba-tiba dunia terasa miring
ke salah satu sisi. Semua makhluk yang ada di tempat ini sudah diletakkan di
atas salah satu timbangan.
Aku menoleh ke belakang dan melihat Gabriel yang sedang
tersenyum. Telapak tangannya menyentuh bahuku dengan lembut.
< Dia akan melakukan destruksi mengerikan dan akan menghancurkan
kehebatan dari orang-orang suci. >
Tombak itu bersinar terang dan aku melemparnya dengan sekuat
tenaga.
Sebagian dunia menghilang. Para konstelasi yang menyerangku
dari langit, para konstelasi yang melarikan diri, dan bahkan para konstelasi
yang sudah tidak punya keinginan untuk bertarung. Mereka semua menghilang
begitu saja, seakan mereka tidak pernah ada sejak awal. Eksistensi yang tersisa
hanyalah mereka yang ada di sisi lain timbangan.
Ini adalah kekuatan asli milik archangel. Gabriel membuka
mulutnya dan berbicara dengan nada kesal, “....
Ada satu yang lolos. Sepertinya ada batasan yang muncul karena jumlah kelopak
bunganya.”
Demon king Ose sepertinya sudah memperkirakan situasi ini
dan berhasil kabur terlebih dahulu. Dia tahu jika dirinya tidak akan bisa
melawan archangel hanya dengan menggunakan konstelasi berlevel rendah. Jophiel
tidak diam saja ketika melihatnya.
Kabut merah yang muncul di belakangku langsung bergerak
mengejar Ose. Seluruh dunia berteriak seakan dia merasakan sakit yang amat sangat.
Ketika aku memperhatikan kabut merah itu dengan seksama, ternyata itu adalah
pasukan yang terdiri dari humanoid berukuran kecil.
Unit 503 dari Eden berhasil mengubah langit menjadi merah
darah. Mereka adalah unit elit yang selalu mengikuti Commander of the Red
Cosmos.
“Kueeeeok!”
Tanduk merah muncul dari kabut merah yang bergerak bak
piranha itu. Beberapa saat kemudian terdengar teriakan mengerikan, sepertinya para
prajurit itu sedang mengadakan pesta darah. Kemudian, semuanya menjadi sunyi.
Tubuh inkarnasi milik demon king terbang di udara seperti
remahan roti. Gabriel yang tadinya diam mulai menggerakkan kakiku dan menginjak
fragmen tubuh demon king itu.
“Bukan apa-apa.”
[Konstelasi dari sistem kejahatan absolut
merasa sangat terkejut dengan kemunculan archangel.]
[Demon king mulai meragukan probabilitas dari
Star Stream.]
[Beberapa konstelasi mengecam campur tangan
para archangel...]
“Diam kalian ■■.”
Enam sayap di punggungku bergerak anggun di tengah hembusan
angin. Bersamaan dengan itu, bulu-bulu sayap dan kekuatan dari dua archangel
itu kembali ke level normal.
Aku merasa sedikit mual tapi beban fisik yang kuterima tidak
seburuk dugaanku. Mungkin hal ini disebabkan oleh probabilitas dari skenario
ke-95 yang lebih banyak dari skenario lain... Atau mungkin ini disebabkan oleh
Outer World Covenant ku dengan Secretive Plotter. Mau yang manapun, aku tidak
akan menolak selama itu berguna untukku.
“Ini masih belum selesai.”
Jophiel tidak menarik kekuatannya dan memberikan perintah
selanjutnya kepada para prajuritnya. “Bunuh
dia juga.”
Jophiel mengarahkan jarinya pada Yoo Joonghyuk yang terdiam
kaku seperti patung. Aku langsung melambaikan tanganku ketika melihatnya. “Tidak
perlu, dia bukan orang jahat...”
“Dia orang jahat. Sangat jahat.”
Mata kananku tiba-tiba terasa sakit dan dunia yang kulihat
dari sana mulai terlihat berbeda.
[Stigma ‘Eye of Sin’ diaktifkan!]
Eye of Sin. Itu adalah stigma milik archangel Jophiel.
[Mengukur ‘dosa’ dari target yang dipilih.]
Mata itu bisa melihat ‘dosa-dosa’ yang dikumpulkan oleh
semua makhluk di dunia ini. Dan di tempat Yoo Joonghyuk berdiri, yang bisa
kulihat hanyalah kegelapan tanpa ujung.
[‘Dosa’ dari target yang dipilih tidak bisa
diubah menjadi nilai numerik.]
Kegelapan tanpa akhir. Semakin lama kau melihatnya, semakin
mengerikan kegelapan itu terlihat. Bahkan para demon king dan konstelasi dari
sistem kejahatan absolut tidak memiliki dosa sepekat Yoo Joonghyuk dari regresi
ke-1863.
Jophiel berkata, “Dosanya
seakan tidak memiliki akhir. Aku tidak pernah melihat dosa sepekat ini selain
pada Baal dan Agares. Bahkan meski semua dosa yang ada di dunia ini disatukan,
mereka tidak bisa mengalahkan dosa laki-laki itu.”
Aku tahu Yoo Joonghyuk ini sudah melakukan banyak dosa. Dia
sudah membunuh banyak orang. Dia sudah menghancurkan banyak dunia. Ada banyak
jiwa yang menyumpahinya untuk mati.
“Dia harus mati.”
Akan tetapi...
“Tidak boleh.”
Orang ini... Dia juga menyelamatkan orang lain.
“Kau tidak boleh
membunuhnya.”
Mungkin perbuatan baik Yoo Joonghyuk tidak bisa dibandingkan
dengan semua dosa yang sudah dia perbuat. Tapi aku yakin ada beberapa orang
yang berhasil dia selamatkan.
[Konstelasi ‘Commander of the Red Cosmos’
sedang menatapmu.]
Di depan tatapan merengus Jophiel, aku menelan ludah dan
kemudian berkata, “Laki-laki itu masih berguna. Jangan bunuh dia sekarang.”
“.... Demon King of Salvation. Aku tidak
membunuhmu sekarang karena perintah ‘sang pencatat’.”
“Jika kau bisa
membiarkanku hidup, kau pasti bisa melakukan hal yang sama untuk 1 manusia
lagi.”
Aku menoleh dan melihat tubuh Yoo Joonghyuk yang bergetar hebat.
Mungkin kesadarannya berusaha muncul dari balik mimpi buruk yang selalu
menghantuinya.
Jophiel berkata sambil menatap Yoo Joonghyuk, “Jika dia bangun, tidak ada jaminan aku
bisa menghentikannya. Kita harus membunuhnya sekarang juga.”
Jophiel mencoba memanggil kabut merahnya sekali lagi. Aku
menghela nafas. Sepertinya memang hanya ada satu cara untuk menghentikan
keributan ini.
“Bagaimana jika aku
bisa mencegah kesadarannya bangkit tanpa membunuhnya?”
Kabut merah Jophiel berhenti bergerak.
“Bagaimana jika ada cara untuk membuatnya
bergerak tanpa membangkitkan kesadarannya?”
“Apa kau punya cara untuk mengendalikannya?
Trik apa yang akan kau gunakan?”
Ketika Gabriel melihat kemarahan Jophiel yang semakin
memuncak, dia pun berkata.
“Jophiel, biarkan dia. Lagipula kita masih
butuh waktu untuk mencerna situasi ini.”
Jophiel terdiam selama beberapa lama sebelum akhirnya
berkata, “.... Jika dia menunjukkan
tanda-tanda akan sadar kembali, aku akan langsung membunuhnya.”
Aku menganggukkan kepala dan langsung berlari ke arah Yoo
Joonghyuk. “Hei.”
Getaran tubuhnya menjadi lebih kuat. Aku pernah membaca soal
ini beberapa kali dalam novel asli Cara Bertahan Hidup. Mungkin kesadaran Yoo
Joonghyuk akan kembali dalam beberapa menit, tapi itu sangat amat sulit untuk
dilakukan.
Perlahan, aku menggerakkan tanganku dan kemudian mencengkram
leher Yoo Joonghyuk—sama seperti yang pernah dia lakukan padaku. Mengangkatnya
bukan hal mudah, apalagi dia memiliki ukuran tubuh lebih besar dariku.
“Lepaskan.”
Kesadaran Yoo Joonghyuk hampir mencapai permukaan, karena
itu dia bisa berkata dengan nada yang sedikit tidak jelas. Ujung jarinya
bergerak seakan dia ingin balik mencekikku.
Aku tahu bagaimana caranya membangunkan Yoo Joonghyuk dari
depresi regresinya. Dengan kata lain, aku juga tahu apa yang harus kulakukan
untuk menenggelamkan kesadarannya ke dalam perasaan melankolis itu.
Aku melihat gerakan ujung jari Yoo Joonghyuk dan kemudian
berkata, “Apa kau ingat? Di regresi ke-33. Kau berhasil menyelesaikan skenario
ke-40 dan Lee Jihye berkata seperti ini.
Mata Yoo Joonghyuk kembali kosong dan jarinya berhenti
bergerak.
< “Ini semua akan menjadi lebih baik jika master tidak perlu pergi
ke regresi selanjutnya.” >
“Pikirkan lagi. Kau
juga pernah merasa bahagia. Iya, kan? Di semua regresimu, ada beberapa momen
dimana kau merasa benar-benar bahagia.”
Wajah Yoo Joonghyuk tiba-tiba berubah menjadi kaku.
“Di regresi ke-173.
Kau melindungi Bumi untuk waktu yang cukup lama. Kau juga melihat momen ketika
Lee Jihye menerima diploma SMA nya. Kau juga tersenyum ketika melihat Lee
Seolhwa menggendong anak orang lain.”
< “Joonghyuk-ssi, apa kau bahagia karena kau masih hidup? >
Setiap kali aku berkata, ekspresi Yoo Joonghyuk semakin
hancur. Yang menghancurkan protagonis itu bukan rasa putus asa.
“Di regresi ke-383.
Kau akhirnya menyelesaikan skenario ke-75. Untungnya tidak ada yang mati di
regresi itu. Itu adalah yang pertama kalinya. Kau masih ingat apa yang dikatakan
Lee Hyunsung padamu?”
< “Joonghyuk-ssi, aku tidak akan melupakan hari ini sampai aku mati.”
>
Ingatan yang tercecer seperti bulu itu mulai mengendap di
dalam kepalanya.
“Lalu di regresi
ke-498...”
Yoo Joonghyuk menutupi telinganya. Yoo Joonghyuk yang
biasanya tidak akan jatuh semudah ini. Tapi sekarang berbeda. Aku memegang
tangannya dan melanjutkan ucapanku. “Itu terjadi 10 kali.”
Laki-laki itu semakin tenggelam hanya karena berat dari
bulu-bulu itu.
“Dua puluh kali.”
Nafasku tercekat dan dadaku serasa terhimpit. Aku bisa
merasakan apa yang dirasakan oleh Yoo Joonghyuk. Hanya aku yang bisa
merasakannya. Kegelapan paling primitif yang ada di dasar kesadaran laki-laki
ini sedang memakan egonya dengan lahap.
“100 kali... Semuanya
berulang lebih dari 1.000 kali.”
Semua kata-kata hancur. Semua ingatan bahagia itu mengalir
ke tempat yang tidak bisa dia raih. Melalui semua regresi itu, arti kebahagiaan
menjadi semakin pudar. Semua nilai yang dia jaga pun berubah menjadi seonggok
kertas penuh tulisan.
“Yoo Jonghyuk.”
Kesadaran Yoo Joonghyuk tenggelam semakin dalam. Pada
akhirnya dia sampai di titik di mana dia tidak akan bisa keluar tanpa bantuan
orang lain.
“Apa kau sudah
melindungi semua yang ingin kau lindungi?”
Aku menatap ekspresi penuh derita yang ada di wajah Yoo
Joonghyuk. Dalam hati aku bergumam, ‘Jangan
khawatir, Yoo Joonghyuk. Aku akan melakukan sisanya. Kau bisa berhenti dan
beristirahat.’
[Pengertianmu pada karakter ‘Yoo Joonghyuk’
meningkat dengan tajam.]
Mata kosong Yoo Joonghyuk terus memperlihatkan ingatan di
mana dia kehilangan masternya. Aku tidak perlu menggunakan Omniscient Reader’s
Viewpoint untuk mengetahui isi hatinya.
< ‘Aku ingin mati.’ >
< ‘Aku ingin menyelesaikan semua ini.’ >
< ‘Seandainya aku tidak perlu bangun dari mimpi ini.’ >
Air hujan turun dari langit. Itu adalah hujan hitam yang
terbuat dari darah para demon king dan konstelasi. Cairan hitam itu juga
mengenai wajah Yoo Joonghyuk, dan perlahan dia mengarahkan tatapannya padaku.
Aku melihat momen ketika jiwa seseorang hancur dengan sangat
jelas. Suaranya terdengar parau seperti sebuah mesin rusak. “A-apa.... yang
harus.... kula... kukan..?”
Aku melepaskan tangan Yoo Joonghyuk dan berkata, “Aku akan
menyelesaikan ceritamu.”
Yoo Joonghyuk menatapku dengan tatapan kosong. Di sisi lain,
bukan dia yang sedang kutatap, melainkan sebuah layar skenario yang baru saja
muncul.
+
[Sub skenario (Secretive
Plotter) – End of the Regressor]
Syarat menyelesaikan: Kematian Yoo Joonghyuk
+
Aku meraih Heaven Shaking Sword milik Yoo Joonghyuk yang
tergeletak di tanah.
Chapter 286 Daftar Isi Chapter 288
Komentar
Posting Komentar