Mahouka Vol. 13 Chapter 1 Part 1

 Disclaimer: Novel bukan punya saya, selamat membaca semuanyaaa...


Sepulang sekolah di minggu terakhir bulan Juni—meski ujian sudah didepan mata, ruang osis SMA 1 Afiliasi Universitas Sihir Nasional tetap dipenuhi berbagai macam suara, mulai dari suara keyboard, bunyi alarm, atau suara percakapan antara beberapa anggota lain yang sedang bertanya, menjawab, memberikan laporan, atau sedang mendiskusikan sesuatu.

Kelas siang baru saja berakhir 1 jam yang lalu. Itu artinya para murid belum berdiam terlalu lama di ruangan osis, di saat yang sama Tatsuya berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Azusa.

“Ketua, aku sudah selesai menata semua laporan dan proposal dari komite otonom dan komdis di dalam folder Menunggu Keputusan, jadi tolong segera diperiksa sebelum besok.”

“Baiklah… um, aku tidak keberatan kalau kau menyelesaikan semuanya, Shiba-kun.”

“Aku tidak bisa melakukannya, ketua.”

Ada dua kemungkinan kenapa Azusa mengatakan hal seperti itu. Entah karena dia sangat mempercayai kemampuan Tatsuya atau karena dia malas melihat semua laporan dan proposal yang sudah ditata oleh pemuda itu. Tatsuya yang mendengarnya hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menolak permintaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan ketua osis.

“Kalau begitu, aku undur diri.”

“Hm. Terima kasih.”

Waktu kerja osis masih ada beberapa jam lagi. Semua anggota lain pun kembali mengerjakan tugas yang dilimpahkan kepada mereka. Tapi Azusa bisa memaklumi alasan kenapa Tatsuya ingin kabur lebih cepat dan mengucapkan terima kasih kepadanya.

Sebenarnya, Tatsuya pulang lebih cepat atas perintah dari Azusa, lebih tepatnya permohonan dari ketua mungil tersebut.

Saat ini, anggota osis aktif adalah 1 ketua, 2 wakil ketua, 1 bendahara, dan 2 sekretaris, total ada 6 orang. Mereka memiliki kelebihan 1 orang jika dibandingkan dengan tahun lalu. Karena itu jumlah tugas untuk tiap orang juga berkurang, tapi jika Tatsuya terlalu banyak mengerjakan tugas (baca: ikut campur), maka mereka semua bisa berubah menjadi pengangguran.

Atau dengan kata lain, Tatsuya terlalu cepat dalam mengerjakan semua tugasnya.

Osis dipercaya untuk menangani tugas-tugas yang penting untuk proses operasi dalam sekolah. Hal ini tidak hanya terjadi di sekolah sihir saja, sekolah-sekolah non-sihir lain juga menggunakan sistem yang sama.

Tapi itu tidak berarti jika pihak sekolah menyerahkan semua urusan manajemen sekolah kepada pihak osis. Kasus yang menjadi terlalu besar seperti insiden Blanché yang terjadi April tahun lalu adalah hal yang sangat langka. Tugas dari osis biasanya mencakup pembuatan keputusan sederhana, mengawasi proses adaptasi yang memakan waktu agak banyak, dan pekerjaan meja yang memakan waktu.

Jika Tatsuya menggunakan seluruh potensinya dalam memproses informasi, dia bisa melakukan semua pekerjaan osis sendirian, bahkan dia masih punya waktu luang di akhir jam kerja osis. Jika hal itu terjadi, anggota-anggota lain tidak akan kebagian tugas dan akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman.

Seseorang akan menjadi anggota osis setidaknya selama 2 atau 2 setengah tahun. Jika Tatsuya menyelesaikan semua tugas kecil sendirian, adik kelasnya tidak akan pernah bisa belajar, teman seangkatannya akan lupa bagaimana caranya bekerja, dan kakak kelasnya akan kehilangan titik kemajuan mereka. Akan tetapi, jika dia absen terlalu lama, osis tidak akan bisa membereskan semua tugas yang dibebankan kepada mereka dan sekolah mungkin akan berhenti berfungsi.

Itu hanyalah seperseribu resiko, tapi memikirkan kemungkinannya saja sudah sangat mengerikan. Itu adalah kesimpulan yang diambil oleh ketua Azusa dan sekretaris Isori setelah mereka melakukan pengamatan selama bulan April. Tapi mereka berdua (terutama Azusa) tidak memiliki keberanian untuk menyuruh Tatsuya agar lebih santai saat mengerjakan tugas osis yang diberikan kepadanya. Jadi, sebagai jalan terakhir, Azusa pun membuat Tatsuya pulang lebih dulu dari anggota osis lainnya.

Hal ini juga menguntungkan untuk Tatsuya. Sejak awal dia hanya ingin membaca literatur-literatur yang hanya bisa diakses oleh fasilitas yang berafiliasi dengan Universitas Sihir Nasional, salah satunya SMA 1 dan menggunakannya untuk berlatih. Tatsuya sebenarnya tidak secara sukarela mendapatkan posisinya (dan semua pekerjaan yang datang dengan posisi itu) di komdis dan osis. Jika mereka berkata jika dia bisa pulang duluan, yah dia juga punya banyak hal yang bisa dia lakukan untuk mengisi waktu luangnya.

“Miyuki?”

“Ya. Aku akan menunggumu.”

Mereka sudah melakukan komunikasi seperti ini ratusan kali, jadi Tatsuya tidak perlu berkata “Aku akan datang menjemputmu.”

Setelah itu Tatsuya keluar dari ruang osis, Honoka dan salah satu sekretaris osis menatapnya dengan gelisah.

Saat Tatsuya meninggalkan ruang osis, Izumi—sekretaris yang lain—hanya menatapnya dengan mata dingin, seakan dia sedang mencaci kemalasannya, akan tetapi dia melakukan ini dengan sembunyi-sembunyi agar Miyuki tidak mengetahuinya.

XXX

Sekarang adalah waktu yang tidak tepat untuk pergi dan memulai kegiatan klub. Karena itulah ruang ganti yang didatangi Tatsuya terasa sangat sepi. Setelah mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian olahraga, Tatsuya meletakkan tas yang berisi seragamnya ke dalam loker dan kemudian berjalan ke arah hutan buatan yang ada di belakang sekolah.

Hutan buatan manusia itu tidak hanya digunakan untuk latihan olahraga sihir saja—hutan itu diciptakan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang bercita-cita menjadi tentara, polisi, anggota SAR, dan sebagainya. Untuk memfasilitasi latihan fisik mereka, para arsitek sudah mengkalkulasi kepadatan pohon dan naik turunnya tanah hutan yang ideal. Mereka juga membuat sebuah danau, area berpasir, sungai, jalan setapak di banyak titik dalam hutan, dan ada beberapa fitur dan alat yang sengaja dipasang di beberapa titik. Karena desain seperti ini, yang menggunakan hutan ini sebagai tempat berlatih bukan hanya klub olahraga sihir. Klub olahraga biasa juga banyak yang menggunakan hutan itu sebagai tempat latihan.

Sekarang Tatsuya ingin mengunjungi salah satu klub olahraga kompetitif non-sihir itu.

“Yo, Tatsuya.” Leo memanggil Tatsuya saat melihat pemuda itu berjalan ke arahnya.

“Tatsuya-oniisama.” Sapa Minami yang melihat kedatangan Tatsuya.

“Terima kasih karena sudah mengizinkanku bergabung, Leo. Minami, sepertinya kau sudah bekerja keras.” Jawab Tatsuya sambil melambaikan tangannya. “Ngomong-ngomong dimana Agata-senpai?” tanyanya.

“Aku di sini.”

Jawaban yang diinginkan Tatsuya datang dari orang yang sedang dia cari. Orang itu tiba-tiba muncul dari balik semak-semak lebat yang ada di dekatnya, bukan dari jalan setapak yang ada di antara pohon-pohon. Dia adalah Kenshiro Agata, presiden dari klub Mountaineering yang diikuti oleh Leo.

Untuk mencapai Agata, Tatsuya harus melewati para anggota kelas satu dan dua yang sedang berbaring di tanah sambil mengerang. Setelah sampai di dekat Agata, Tatsuya menundukkan kepalanya. “Terima kasih karena sudah mengizinkanku untuk mengikuti kegiatan hari ini.”

“Hm, santai saja. Kau bisa mulai duluan dan memberikan tekanan pada anak kelas satu.”

Setengah dari murid-murid yang sedang berbaring itu berjengit saat mendengar kata-kata Agata, tapi mereka sama sekali tidak mencoba bangun dan kabur dari sana.

“Baiklah. Mungkin aku akan melakukannya setelah berlari satu putaran.”

“Setelah lari satu putaran? Hanya itu…?” Tanya Agata sambil menyeringai. “Lihat, kalian semua…” dia memandang kasihan ke arah para anggota klub yang masih terlentang di tanah. “Ini cuma lari 10 km melalui hutan, dasar pemalas! Lihat Saijou, dia saja sudah siap untuk berlari.”

“… Tolong jangan membandingkan kami dengan Leo.” Kata salah satu anak kelas 2. Dia sudah cukup kuat untuk berbicara, tapi sayang dia belum bisa bangun.

“Berhenti mengeluh. Para senior sudah melakukan putaran tambahan. Berapa lama lagi kalian akan tiduran seperti ini? Aku tahu kalian belum mati.”

Tawa lelah mulai muncul di beberapa titik, dan para murid kelas 2 mulai bengun satu persatu. Mereka sepertinya tidak suka saat sang presiden klub menuduh mereka pura-pura mati agar tidak perlu berlari lagi.

Akan tetapi hanya para murid kelas 2 yang melakukannya. Para murid kelas 1 sudah kehabisan energi dan terus berbaring dan menolak untuk bangun.

“Apa yang harus kulakukan pada kalian…? Sakurai!”

Minami yang sudah menunggu dengan sabar dari tadi pun menjawab panggilan Agata dengan kata “Ya.”setelah itu dia mengambil teko yang ada di dekat kakinya dan berjalan ke arah murid yang paling dekat darinya.

“Lakukan.”

“Baiklah.”

Setelah mendapat instruksi dari Agata, Minami langsung memiringkan teko yang ada di tangannya.

“Ow! Panas!”

Cairan yang keluar dari teko itu mengenai wajah si anak kelas 1. Dia langsung berguling menjauhi Minami dan kembali berdiri di atas kakinya yang sedang gemetaran.

“Air mendidih…?” gumam Tatsuya.

Leo yang berdiri di sampingnya hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya. “Bukan itu hanya air panas, suhunya mungkin 45 sampai 46 derajat Celcius. Suhu seperti itu tidak akan membakar kulit wajahmu.”

Para anggota wanita yang sedang duduk-duduk di bawah pohon hanya tersenyum saat melihatnya, mereka sama sekali tidak terlihat khawatir. Sepertinya hukuman seperti ini tidak begitu dipedulikan oleh mereka, tapi Tatsuya tetap berpikir jika hukuman ini sudah lumayan kejam.

“Mereka bilang 100 tahun yang lalu, orang-orang akan menyiram para pemain rugby yang jatuh selama game berlangsung ke dalam dengan air hangat untuk menaikkan semangat mereka.” Kata Agata  yang tidak sengaja mendengar percakapan Tatsuya dan Leo.

“Apa ini idemu, presiden?”

“Yah, sekarang musim panas. Air dingin pasti terasa sangat nyaman hingga membuat orang tertidur.” Jelas Agata. Saat mereka sedang bercakap-cakap, mereka bisa melihat Minami yang sedang menyiram para murid kelas 1 dengan air panas yang sedang dia bawa.

 

Chapter 0     Daftar Isi     Chapter 1-2


Komentar

Postingan Populer