Mahouka Vol. 13 Chapter 0 - Prolog

 Disclaimer: Novel bukan punya saya.

Akhirnya setelah sekian lama setelah volume 12 selesai, akhirnya volume 13 dimulai juga. At least here. 


Semua 10 fasilitas pengembangan penyihir yang ada di Jepang memiliki tema penelitian yang berbeda.

Contohnya, tema penelitian dari Laboratorium 1, laboratorium yang pertama kali dibangun adalah implementasi praktis dari sihir manipulasi biologis untuk menciptakan senjata paling efisien di muka bumi. Penelitian ini berhubungan langsung dengan proses biologis natural dalam tubuh manusia dan makhluk hidup pada umumnya.

Laboratorium 4 menggunakan sihir interferensi mental untuk memperkuat bagian kalkulasi dari sihir itu sendiri, bagian ini terdapat pada alam bawah sadar seorang penyihir dan merupakan sumber dari kekuatan aneh yang saat ini disebut sebagai ‘sihir’.

Tujuan dari Laboratorium 7 adalah pengembangan sihir yang menekankan pada pertarungan kelompok dan buah penelitian mereka adalah sihir pengontrol koloni.

Tema dari Laboratorium 9 yang ada di Nara, yang dibangun dengan bantuan dari banyak penyihir tradisional adalah untuk menciptakan sihir tradisional yang bisa digunakan dengan sistem sihir modern.

Dengan bergabung dengan Laboratorium 9, para penyihir tradisional berharap untuk bisa memperkuat dan memperbaiki sihir kuno yang mereka warisi dan juga untuk menciptakan sihir baru yang lebih kuat dengan menggunakan metode saintifik. Akan tetapi, tujuan dari Laboratorium 9 yang sebenarnya adalah mengembangkan sihir modern kuat yang menggunakan elemen sihir tradisional di dalamnya… mereka ingin membuat para penyihir berbakat menjadi senjata.

Sebagai hasilnya, para penyihir tradisional tidak mendapatkan apa-apa, dan hasil kerja keras mereka dicuri begitu saja. Mereka tidak akan pernah bisa ikhlas dengan kejadian ini, dan hingga sekarang mereka memendam rasa benci kepada semua keluarga dengan karakter nomor ‘sembilan’.

Dan rasa antagonisme ini masih terasa kuat hingga sekarang, tahun 2096 Masehi.

XXX

Senin, 25 Juni 2096 Masehi. Retsu Kudou memiliki 2 jabatan saat ini—sebagai anggota senior dunia sihir di Jepang dan juga pensiunan mayor jendral dari Japan Ground Defense Force (JGDF). Sekarang dia sedang mengunjungi Magician Development Institute 9 yang lama bersama Makoto Kudou, anak tertuanya yang juga kepala keluarga Kudou saat ini.

Sebagai institusi nasional, Laboratorium 9 sudah ditutup sejak perang dunia ke-3 berakhir, tapi laboratorium ini masih mempertahankan fungsinya. Sekarang Laboratorium ini berkedok perusahaan penelitian sipil yang didirikan oleh 3 keluarga yaitu keluarga Kudou, Kuki, dan Kuzumi. Perusahaan ini meneliti sihir tipe persepsi—sebuah tema yang sangat susah mengalami perkembangan, berbeda dengan sihir tipe aktif atau sihir aplikasi lainnya.

Setidaknya, itulah yang diketahui oleh publik dan Negara. Meski begitu, tema penelitian besar yang dilakukan di tempat ini bukanlah pengembangan sihir tipe persepsi, mereka memiliki penelitian lain yang lebih penting dari itu.

Retsu dan Makoto sudah berjalan menuju bagian laboratorium yang paling dalam dan di sana terdapat barisan boneka manusia yang berdiri rapi.

4 baris dan 4 kolom, total dari semua boneka manusia itu adalah 16 buah. Para boneka yang disandarkan pada pilar kecil di belakang mereka itu adalah robot tipe perempuan yang disebut gynoids.

Jika tempat ini adalah laboratorium pengembangan robot 3H (Humanoid Home Helper), maka pemandangan seperti ini sama sekali tidak aneh. Beberapa fasilitas yang memang mengembangkan mesin berbentuk manusia (humanoid) untuk tujuan lain, misalnya untuk keperluan militer.

Tapi, gynoids yang berada di sebuah laboratorium penyihir… Dari sudut pandang orang biasa, hal ini sangat tidak wajar.

“Bagaimana perkembangannya?” Tanya Makoto.

Kepala peneliti, orang yang mengantar mereka ke sini, pun memberikan tanggapan dengan wajah bangga. “Kultivasi parasit berjalan dengan lancar, pak. Kesuksesan kami dalam menginstal parasit ke dalam tubuh gynoids juga sudah mencapai 60%. Seperti yang bisa anda lihat, sekarang kita memiliki 16 prototipe parasidoll.”

“Kalau begitu kau sudah memenuhi kuota.”

“Ya, pak.”

Wajah dan sikap kepala peneliti itu terlihat sombong, Tapi Retsu dan Makoto tidak memperdulikannya karena hasil yang diberikan oleh tim penelitinya memang patut dibanggakan.

Kepala peneliti itu tampaknya juga merasakan aura puas dari para anggota keluarga Kudou yang ada di sebelahnya itu, karena itu perkataannya pun menjadi semakin lancar.

“Parasit yang sudah dikultivasi sekarang sedang berada dalam kondisi tertidur di dalam tubuh gynoid-gynoid ini berkat mantra loyalitas. Kami juga tidak menemukan adanya perlawanan seperti di awal. Mantra loyalitas adalah hambatan terbesar untuk membuat para parasidoll bisa digunakan… dan kalau boleh saya bilang, kami sudah berhasil menyempurnakannya. Jika anda memberikan perintah, kami bisa langsung memulai proses percobaannya.”

Penjelasan sang kepala peneliti yang sangat berapi-api itu ternyata melebihi ekspektasi yang dimiliki Makoto. Dia berpikir jika parasidoll masih membutuhkan waktu agak lama hingga bisa diuji cobakan di lapangan. Mentalnya belum siap untuk memproses semua informasi ini dengan menggunakan otaknya.

“Masih terlalu cepat untuk melakukan uji coba pertarungan. Kau mungkin sudah memberikan mantra loyalitas pada mereka, tapi kau harus melakukan lebih banyak tes sebelum membolehkan mereka bergerak secara otonom.”

Jawaban dari ide yang diajukan oleh sang kepala peneliti bukan berasal dari mulut Makoto, tapi datang dari mulut Retsu.

“Kita juga tidak tahu hingga sebanyak apa kekuatan demon yang bisa mereka gunakan dengan aman diluar kondisi tes.”

“Ya, pak. Dan seperti yang saya katakan, uji coba untuk itu…” sang kepala peneliti terus memaksa, tapi Retsu mengangkat tangannya untuk membuat sang kepala peneliti berhenti berbicara.

“Apa kau tahu jika setiap bulan Agustus ada pertandingan yang dilakukan oleh 9 SMA sihir? Tahun ini mereka memutuskan untuk melakukan balapan lintas daerah yang dinamakan Steeplechase. Itu adalah balapan halang rintang jarak jauh dan para pesertanya harus melalui berbagai macam rintangan baik sihir atau fisik agar bisa menang.”

Kepala peneliti itu paham apa arti dari perkataan Retsu. “Anda ingin kami melepaskan Parasidoll sebagai rintangan dalam pertandingan itu?”

“JGDF sekalipun tidak akan punya cukup kekuatan untuk menjaga kompetisi anak SMA. Jika kita menggunakan Parasidoll, itu artinya serangan dari para murid tidak akan melukai para prajurit penyihir militer. Kita juga bisa menyesuaikan kekuatan yang bisa dikeluarkan oleh Parasidoll dengan menggunakan mantra loyalitas, jadi kita tidak perlu khawatir karena para murid tidak akan mendapatkan luka yang serius. Ini adalah kesempatan bagus untuk mencoba kemampuan bertarung mereka di lapangan.”

“Ayah, apa komite administrasi akan setuju dengan semua ini? Jika memikirkan bagaimana pandangan publik apabila masalah ini sampai bocor… aku tidak yakin mereka hanya akan mengangguk setuju dengan ide kita.”

Makoto belum tahu apa rencana yang sedang dijalankan oleh Retsu dan dia hanya mengungkapkan keresahannya mengenai bagaimana tanggapan publik pada komite administrasi jika mereka sampai tahu bahwa mereka menjadikan anak-anak SMA sebagai bahan percobaan.

Tapi Retsu tidak merubah pendiriannya. “Tidak. Komite administrasi akan setuju dengan ide kita. Mereka sudah membiarkan JGDF melakukan intervensi pada pertandingan tahun ini. Mereka tidak akan berani menolak permintaan kita.”

Akan tetapi, saat itu Retsu tidak memberitahu apa yang akan mereka lakukan jika semua informasi soal Parasidoll ini sampai bocor ke publik. Hal ini sudah jelas, dia tidak ingin menanggung semua tanggung jawab itu sendirian.

Dia dan Makoto juga tidak menyebutkan skenario terburuk yang mungkin terjadi di masa depan… situasi di mana Parasidoll akan kehilangan kendali, mengamuk, dan melukai para siswa yang sedang bertanding.

 

Setelah meninggalkan detail prosedur mengenai uji coba performa Parasidoll kepada anaknya, Retsu langsung kembali pulang menuju kediaman utama keluarga Kudou yang ada di Ikoma. Saat dia sampai di kediaman Kudou, dia langsung berjalan menuju kamar cucunya, Minoru.

Minoru Kudou adalah murid baru di SMA 2 Afiliasi Universitas Sihir Nasional, dia adalah anak Makoto yang paling muda. Tahun ini Minoru akan berusia 16 tahun, dan harusnya dia masih berada di sekolah. Tapi hari ini Minoru tidak masuk lagi karena penyakit yang dideritanya.

“Minoru, ini kakek.”

Retsu mengetuk pintu cucunya itu dan memberitahukan kedatangannya. Sesaat kemudian Retsu bisa mendengar langkah kaki yang tergesa, lalu pintu pun terbuka. Tampak seorang pemuda kurus dengan kulit putih pucat sedang berdiri di belakang pintu. Wajahnya terlihat lembut dan rapuh, tapi tidak akan ada orang yang menyebutnya mirip dengan perempuan. Bisa dikatakan dia adalah definisi dari bishonen (pemuda tampan) itu sendiri. Sekarang, Minoru sedang mengenakan piyama tidurnya.

“Kakek. Maaf penampilanku tidak sopan.”

Suaranya yang terdengar merdu dan jernih, cocok dengan wajah tampan dan bersihnya. Ucapannya juga terdengar sangat sopan dan menenangkan.

“Tidak perlu khawatir dengan hal seperti itu. Apa kau merasa lebih enak? Bukankah sekarang kau harus istirahat?”

Kata-kata Retsu bukanlah pemanis bibir belaka. Wajahnya terlihat khawatir saat melihat cucunya yang saat ini terlihat lebih pucat dari biasanya.

Minoru mencoba tersenyum dan menjawab. “Aku baik-baik saja. Demamku juga sudah turun, jadi…”

Tapi saat Minoru ingin melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba dia terbatuk dengan suara yang cukup keras, mencegahnya memberikan jawaban yang bisa membuat sang kakek merasa lega. Kali ini badannya mengkhianati hatinya. Meski Minoru tidak mau membuat kakeknya khawatir, tapi sekarang yang bisa dia lakukan hanya menahan tangis di depan patriarki keluarga Kudou tersebut.

“Minoru, cepat berbaring di ranjangmu.” Bujuk Retsu sambil menepuk punggung cucunya itu.

“Kakek, aku… baiklah.”

Minoru ingin mengatakan jika dia baik-baik saja, tapi dia berhenti. Dia tahu bagaimana kondisi tubuhnya saat ini, dan dia tidak akan bisa sok kuat di depan kakeknya. Dia pun menurut dan kembali berbaring di ranjangnya agar sang kakek tidak semakin khawatir pada kesehatannya.

Setelah Minoru menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, Retsu pun menyeret sebuah kursi ke dekat ranjang cucunya. “Minoru, kau tidak perlu terburu-buru hanya karena sering absen dari sekolah. “ jelasnya dengan nada lembut tapi tegas.

Meski dia mengatakan hal itu untuk menyemangati Minoru, itu juga pendapat pribadinya. “Sihirmu juga lebih hebat daripada anak-anak sebayamu.” Retsu pun melanjutkan. “Hampir tidak ada murid yang bisa menjadi rivalmu—bahkan para murid yang berpartisipasi di kompetisi 9 sekolah tahun ini.”

Yang Retsu katakana bukan pendapat yang bias. Minoru memang memiliki kekuatan sihir yang layak untuk menyandang gelar sebagai cucu Retsu Kudou.

“Terima kasih, kakek.”

Minoru tahu jika kakeknya memang menghargai bakat sihir yang dia miliki, karena itu wajahnya kembali bersemu saat mendengarnya. Kata-kata Retsu berhasil membuatnya kembali bersemangat.

Di saat yang sama, kata-kata itu seakan tidak memikirkan perasaan Minoru yang sesungguhnya.

“Kompetisi 9 sekolah… sebenarnya aku ingin mengikutinya.” Kata Minoru dengan wajah berharap.

Retsu Kudou serasa baru mendapatkan pukulan mematikan di dadanya. “Minoru…”

Jika hanya diukur dari kekuatan sihir yang dia miliki, Minoru pasti akan terpilih menjadi salah satu peserta yang mewakili SMA 2 dalam kompetisi 9 sekolah. Tapi Minoru menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat tidur karena sakit sepanjang tahun. Karena itu, meski dia mendapat undangan untuk mengikuti pertandingan itu dia akan menolaknya agar keberadaannya tidak membebani tim sekolahnya.

“Jangan berwajah seperti itu, kakek. Kompetisi 9 sekolah hanya salah satu dari berbagai event di mana aku bisa menunjukkan kemampuanku.”

“Ya, kau benar. Kau adalah anak yang hebat, Minoru. Kau akan memiliki banyak kesempatan untuk bersinar di masa depan, entah itu menjadi penyihir atau sebagai ahli teknik sihir.”

Retsu tersenyum saat melihat senyum di wajah sang cucu, di saat yang sama dia menekan rasa sedih yang memenuhi hatinya.

Retsu mengerti jika Minoru benar-benar ingin mengikuti kompetisi 9 sekolah untuk menunjukkan kekuatan penuh dan bakat yang dia miliki pada orang lain… tidak peduli meski orang lain ingin melihatnya atau tidak. Retsu juga tahu jika sang cucu percaya jika kesempatan seperti itu tidak akan pernah datang kepadanya.

Jika dia sehat, dia tidak perlu menyerah pada masa depan itu.

Jika dia tidak memiliki kekuatan yang besar, dia tidak akan pernah memiliki keinginan setinggi ini dari awal.

Kemampuan Minoru sangat menakjubkan, dan karena itu dia menderita. Retsu merasa jika nasib cucunya benar-benar tidak adil.

Lebih parahnya lagi, bukan iblis atau Tuhan yang menyebabkan cucunya itu menderita seperti ini.

Orang yang bertanggung jawab atas kesengsaraan yang dirasakan oleh Minoru adalah ayahnya sendiri.

Dan itu juga menjadi salahnya karena dia tidak bisa menghentikan Makoto.

Perasaan bersalah mulai merayap ke dalam relung hatinya yang terdalam.

“Ngomong-ngomong, Kyouko datang menemuiku hari ini. Dia bilang dia ingin bertemu dengan kakek.”

“Begitukah? Aku lega mendengarnya, Minoru.”

“Yep.”

Di antara semua cucu Retsu, Minoru dan Kyouko Fujibayashi adalah yang paling akrab di antara satu sama lain. Minoru selalu senang saat berbicara soal kedatangan sepupunya itu.

Akhirnya Minoru menunjukkan senyum aslinya pada Retsu, tapi hal itu membuat sang pemuda terlihat semakin menyedihkan. Retsu mulai merasa sesak saat dia berada di kamar ini. Dia lalu meletakkan tangannya di pipi sang cucu untuk mengecek suhu tubuhnya. Setelah yakin jika suhu tubuh Minoru terasa normal, dia bangkit berdiri dari tempat duduknya.

“Bagaimana kalau kau kembali istirahat, Minoru? Setelah itu demammu pasti turun.”

“Tentu kakek.”

Setelah mendengar jawaban menurut dari cucunya itu, Retsu berusaha keras menunjukkan senyumnya sebelum bergegas keluar dari kamar Minoru.

 

Di dalam kantornya, Retsu menenggelamkan diri di dalam sofa favoritnya, sebuah sofa empuk yang terbuat dari kulit. Retsu duduk di sana sambil membayangkan jika dirinya akan tenggelam terus menerus hingga tidak bisa kembali lagi ke permukaan. Tidak lama kemudian, sebuah botol Armagnac menggoda penglihatannya dan dia berdiri untuk mengambil botol tersebut.

Meski begitu, Retsu merasa jika alkohol tidak akan bisa membuatnya kembali tenang malam ini.

Kenapa semua ini jadi seperti ini?’ dia tahu jika itu adalah pertanyaan bodoh. Cerita yang dia miliki sangatlah tidak biasa, inti dari cerita itu adalah egoisme—tidak kurang dan tidak lebih. Mengesampingkan penderitaan orang lain sebagai fakta kehidupan yang tak terbantahkan tapi merasa sangat khawatir saat penderitaan itu menimpa orang yang dia sayangi… Retsu mencoba berpikir seperti itu, tapi tidak peduli berapa kali dia menghina dirinya sendiri, rasa bersalahnya tidak mau pergi. Dan dia tahu hal itu tidak akan pernah terjadi.

Penyakit yang diderita Minoru adalah efek samping dari sebuah penelitian manipulasi genetik. Cucunya itu adalah engineered magician—manusia yang gen nya dimodifikasi dengan faktor penguat sihir.

Manipulasi genetik yang tidak hati-hati pada Minoru adalah sesuatu yang dilakukan oleh Makoto karena perasaan kompleksnya pada sang ayah, Retsu. Sejak muda Makoto selalu merasa inferior karena kekuatan sihirnya yang tidak pernah bisa mendekati kekuatan sihir milik Retsu. Anak-anaknya juga memiliki kemampuan sihir biasa jika dibandingkan dengan anggota 10 Master Clan lainnya, dan sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan dirinya sendiri. Dia merasa tidak berguna karena tidak bisa memberikan kemampuan yang lebih besar pada mereka.

Secara objektif, Makoto dan anak-anaknya memiliki kekuatan sihir yang cukup kuat. Hanya saja, seharusnya mereka tidak menggunakan Retsu sebagai patokan. Hanya ada 1 perbedaan antara Retsu dan mereka semua: Retsu berhasil selamat dari proses modifikasi yang hanya memiliki kemungkinan berhasil sebesar 10%. Makoto pun menggunakan contoh ini sebagai referensi tanpa mempedulikan bahwa mungkin anak-anaknya akan mengalami kegagalan. Retsu sudah memberitahu semua resiko itu kepada Makoto di setiap kesempatan yang dia miliki, tapi dia tidak pernah bisa meyakinkan Makoto.

Saat perasaan kecewanya berubah menjadi obsesi pada kekuatan, setitik kegilaan mulai tumbuh dalam diri Makoto. Dia terperangkap oleh ide mengerikan… sebuah ide di mana dia bisa memiliki anak dengan kemampuan sihir tinggi secara alami. Karena itu dia memutuskan untuk membuat seorang penyihir artifisial.

Makoto pun mencoba untuk memperkuat gen milik keluarga Kudou dengan melakukan cross breeding via artificial insemination dan synthetic womb technology, lalu menggunakan material genetik yang sudah dia siapkan untuk menciptakan penyihir terkuat. Minoru adalah hasil dari prosedur tersebut. Di mata publik, Minoru adalah anak yang lahir setelah Makoto dan istrinya memilih untuk melakukan in vitro fertilization. Tapi kenyataannya tidak seindah itu.

Ayah (secara genetik) dari Minoru adalah Makoto Kudou.

Sedangkan ibunya (secara genetik) adalah adik termuda Makoto yang menikah dan menjadi bagian keluarga Fujibayashi.

Dengan kata lain, Minoru dan Kyouko adalah saudara tiri dengan ayah yang berbeda. Dan Minoru adalah anak yang lahir dari perpaduan genetik antar saudara kandung.

Meski begitu, Minoru bukan anak yang terlahir dari hubungan incest. Tidak ada hubungan seksual antara Makoto dan adiknya. Mereka hanya mendonorkan materi genetik mereka. Akan tetapi, tidak diragukan lagi, Minoru lahir dari 2 orang tua yang memiliki hubungan darah.

Tidak ada yang tahu jika kondisi kesehatan Minoru disebabkan oleh kelainan modifikasi genetik atau karena inbreeding. Yang pasti, proses konsepsinya yang unik ini membuatnya menderita hingga saat ini.

Dari sudut pandang penambahan kekuatan sihir, prosedur yang digunakan oleh Makoto memang berhasil.

Minoru berhasil menjadi penyihir dengan kemampuan laten tertinggi di antara semua penyihir modern. Kekuatan sihirnya bahkan bisa menyamai Miyuki Shiba dan Angelina Sirius.

Tapi karena dia memiliki kondisi tubuh yang sangat lemah, Minoru tidak bisa menunjukkan kekuatan yang dia miliki secara konsisten. Tapi untungnya, kondisinya tidak seperti Mio Itsuwa yang tidak memiliki kemampuan untuk bergerak dengan bebas, jadi Minoru bisa menggunakan sihirnya kapanpun saat kondisi tubuhnya sedang dalam kondisi baik.Tapi, sebagai orang yang sangat sering terbaring di tempat tidur bahkan karena alasan sepele, kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya pun sangat terbatas.

Tidak hanya terenggut dari kehidupan remaja yang harusnya dia rasakan saat ini, Minoru bahkan tidak bisa menjalankan perannya sebagai senjata biologis… Peran yang diberikan padanya yang terlahir sebagai engineered magician. Dari 10 tahun penuh rasa sakit itu, Retsu pun mendapatkan 1 kesimpulan. Semua ini disebabkan karena adanya kerusakan pada sistem penelitian sihir modern yang bersikeras menjadikan para penyihir sebagai senjata hidup. Itulah yang menyebabkan Minoru mendapat kutukan ini.

Kita harus berhenti melihat penyihir sebagai senjata.

Kita tidak boleh membuat anak-anak lainnya merasakan apa yang dialami oleh Minoru.

Untuk yang ke berapa ratus kalinya, mungkin berapa ribu kalinya, Retsu menguatkan keputusannya.

 

Daftar Isi     Chapter 1-1


Komentar

Postingan Populer