ORV Chapter 294: Episode 55 – Happy Memories (4)
Disclaimer: Novel ini punya siapa? Bukan punya saya pastinya.
Dua hari sudah berlalu sejak aku menumpang di markas milik
Han Sooyoung.
Untuk saat ini aku sedang berkonsentrasi pada beberapa hal.
Satu, memahami apa maksud perkataan Han Sooyung mengenai ‘kematian Yoo
Joonghyuk’. Kedua, mencari tahu apa yang ingin dicapai Han Sooyoung di akhir
cerita ini.
Mendapatkan jawaban dari dua pertanyaan itu tidak gampang.
Dan bukan hanya itu masalahnya.
“Apa itu benar? Eden kami benar-benar musnah?”
Aku menatap Gabriel yang menyebarkan aura mengerikan.
“Itu benar. Apa kau tidak pernah mendengar soal ini dari
Metatron di regresi ke-3?”
“…. Scribe tahu soal kehancuran Eden?”
Aku mengangguk. “Saat kau kembali nanti, tanya saja sendiri.
Tentu saja itu jika kita bisa kembali dengan selamat.”
Batang bunga Gabriel dan Jophiel bergetar. Kupikir mereka
marah padaku, tapi sepertinya mereka hanya sedang bercakap-cakap tanpa
melibatkan diriku. Aku mengeluarkan boneka Uriel. Dia sudah ditangkap dengan
menggunakan Confinement of Good and Evil, karena itu dia tidak akan bisa
menggunakan kekuatannya untuk satu minggu ke depan.
< Fourth Wall sedang menatapmu. >
Mungkin aku bisa meminjam kekuatan Fourth Wall untuk
memberikan ingatan milik Uriel dari regresi ke-3. Tapi ide jika Uriel yang ini akan
merasa tersentuh oleh memoriku hanyalah sebuah fantasi. Mungkin saja setelah
melihatnya Uriel akan berkata, “■■.
Lalu kenapa?”
Bagi Uriel yang ada di depanku, memori dari regresi ke-3
pasti terdengar seperti sebuah novel yang penuh dengan omong kosong.
“Kim Dokja-ssi, apa kau ingin berburu bersama kami?”
Aku menatap Lee Hyunsung yang berdiri dengan sarung tangan
besinya dan bertanya, “Apa tidak apa-apa kalau aku ikut denganmu?”
“Ya…. Hm, tidak ada yang salah dengan mengidentifikasi
peluru yang kau ambil, kan?”
Aku tersenyum mendengar kata-katanya. Mau itu di regresi
ke-3 atau ke-1863, analogi aneh Lee Hyunsung masih tetap sama. Aku bisa menebak
berapa banyak kali Lee Hyunsung disuruh berjaga di pos jaga gedung ini.
[Pengertianmu pada karakter ‘Lee Hyunsung’ semakin
meningkat.]
[Karakter ‘Lee Hyunsung’ menunjukkan sedikit ketertarikan
padamu.]
Aku kembali mengingat apa yang terjadi pada kami di skenario
pertama, dan merasa sedikit tidak nyaman. Karena itu aku berusaha menaikkan
kewaspadaannya padaku. “Bukankah seharusnya kau lebih waspada kepadaku? Aku kan
partnernya Yoo Joonghyuk.”
“Um…. Kapten tidak mengatakan apa-apa dan…. Jujur saja, aku
merasa Dokja-ssi bukan orang jahat. Kurasa ini adalah intuisi yang kudapatkan
setelah melalui 94 skenario.”
Dalam novel digambarkan jika intuisi Lee Hyunsung selalu
tepat sasaran. Kapanpun Lee Hyunsung berkata seperti itu, aku selalu merasa
jika Yoo Joonghyuk pasti akan ditusuk dari belakang.
“Hei, mau ikut? Ayo kita lihat kemampuanmu.”
Yang ikut berburu dengan Lee Hyunsung adalah Kim Namwoon dan
Lee Jihye. Lee Jihye menutupi tubuhnya dengan mantel abu-abu besar, dan sekarang
dia menatapku dengan tekukan alis yang cukup curam.
“Ayo cepat. Kita segera berangkat.”
Aku mengikuti langkah kaki mereka dan keluar dari markas.
Tujuan dari perburuan ini adalah membereskan monster tanpa nama yang ada di
sekitar markas dan juga mengumpulkan item-item yang mungkin masih tertinggal.
Tentu saja aku tahu tujuan Han Sooyoung memberikan perintah ini.
‘Ada 2 monster di depan kalian. Pertama, spesies
bertentakel dan yang kedua adalah spesies komposit.’
Pesan Han Sooyoung didengar dengan jelas oleh Lee Jihye,
karena itu dia langsung menarik pedangnya. Lee Jihye mentrigger skill Instant
Kill nya untuk mengalahkan semua tentakel dan kemudian Kim Namwoon membakar
tubuh utamanya dengan menggunakan api hitam.
Aku pernah membaca jika mereka berdua memiliki kerja sama
yang bagus ketika mengalahkan musuh. Monster tanpa nama itu berteriak keras dan
berubah menjadi debu. Setelah itu Kim Namwoon menghampiri Lee Jihye dan berkata,
“Serangan bagus.”
Kim Namwoon mengangkat tangannya, berharap Lee Jihye akan
melakukan tos dengannya. Sayangnya, gadis itu malah mengacungkan pedangnya ke
arah Kim Namwoon dengan wajah dingin. Pedang itu meluncur melewati pipi si
pemuda dan menusuk tentakel yang menggeliat di belakangnya.
Lee Jihye langsung menyerang target berikutnya. Kim Namwoon
langsung mengekor di belakang sang gadis. “Hei, ayo pergi bersama!”
Saat Gilyoung dan Yoosung tumbuh besar nanti, apa mereka
juga akan menjadi seperti mereka? Aku sangat menantikan saat-saat itu.
“Dokja-ssi?”
“Ahm ya. Aku akan mengatasi di sisi satunya.”
Aku mencabut Unbroken Faith dari sarungnya dan mengaktifkan
Way of the Wind. Beberapa tentakel mulai menggeliat di sekitarku. Melawan
monster tanpa nama cukup menyusahkan, karena itu aku tidak menggunakan
Electrification untuk melawan mereka.
“Haha, ternyata kau ini lemah ya.”
Kim Namwoon yang sedang mengendalikan api hitam dengan kedua
tangannya itu tiba-tiba menunjukkan seringainya padaku.
“Lihat ini dan pelajari! dengan benar”
Ya, aku sangat menghargai bantuannya. Apalagi Kim Namwoon
yang sekarang bisa menarik 50% kekuatan milik Abyssal Black Flame Dragon
Aku memuji kehebatan Kim Namwoon, “Kau sangat hebat. Ah
lihat, dia datang lagi.”
“Hahahahaha! Serahkan padaku!”
“Wow, meski kau sekuat ini, melawan mereka semua pasti cukup
sulit, bukan?”
“Apa maksudmu? Hahahahah! Mati kau!”
“Hey, masih ada satu di sana….”
Alis Kim Namwoon berkedut ketika dia tahu ada monster yang lupa
dia kalahkan. Lee Hyunsung yang berdiri tidak jauh dari kami hanya tersenyum.
Lee Jihye mengalahkan seekor monster lain dan kemudian berdecih, gadis itu
menganggap jika Kim Namwoon sangat menyedihkan. Kim Namwoon yang melihatnya
langsung merasa marah dan ingin melampiaskannya kepadaku. Sebelum itu terjadi,
aku berkata, “Lee Jihye hanya tidak suka pada orang yang berbohong soal dirinya
sendiri.”
Wajah Kim Namwoon langsung pucat pasi. Tatapannya bergetar
seakan ada gempa yang terjadi di sana.
Sebenarnya, reaksi yang paling menonjol adalah reaksi Lee
Hyunsung yang matanya terbelalak lebar.
…. Laki-laki ini melalui semua regresi tanpa menyadarinya.
Kim Namwoon melirik Lee Jihye dan aku secara bergantian, kemudian dia berkata.
“Da-dari mana kau tahu soal itu?”
“Aneh kalau aku tidak mengetahuinya. Ubah warna rambutmu dan
hilangkan perban yang ada di lenganmu. Ganti saja dengan half gloves. Lalu, setelah
mengalahkan musuh jangan mengatakan sesuatu seperti ‘serangan bagus’.”
[Konstelasi ‘Abyssal Black Flame Dragon’ membencimu.]
“Aku akan sangat berterima kasih jika kau tidak bersikap
seperti laki-laki yang ada di belakangku.”
Kim Namwoon menatap orang yang kumaksud. Yoo Joonghyuk
berdiri di belakangku dengan tatapan kosong. Mantelnya terlihat tidak rapi dan
dia terlihat tidak mandi selama beberapa hari. Namun semua kekurangan itu tetap
tidak bisa menyembunyikan ketampanannya.
“Padahal dia orang jahat. Tapi dia tetap terlihat keren.” Delusional
Demon Kim Namwoon bergumam pelan.
Aku menjawabnya sambil tersenyum, “Dia tidak sejahat itu.
Percaya atau tidak, dia juga punya sisi baik.”
“Hah, sepertinya kita membicarakan orang yang berbeda. Benar
juga, bagaimana kau bisa menjadi partner Yoo Joonghyuk?”
Kim Namwoon menatapku dengan tatapan curiga, tapi Lee
Hyunsung tiba-tiba menyela. “Kudengar Kim Dokja-ssi berasal dari dunia lain.”
Mungkin Han Sooyoung yang memberitahukan hal itu kepadanya.
Kim Namwoon yang terkejut langsung menunjukku dan bertanya, “Dunia lain?
Maksudmu…. Dunia paralel?”
“Kira-kira seperti itu.”
Aku kagum dengan fakta bahwa Kim Namwoon tahu apa itu dunia
paralel padahal dia sama sekali tidak tahu apa-apa soal pengetahuan biologi.
Tapi sayang, ini bukan dunia regresi yang kuketahui.
“Apa karena itu aku tidak pernah melihatmu? Jadi kenapa kau
ada di sini?”
“Kau sepertinya tertarik. Sayang sekali aku tidak bisa
memberitahukannya padamu.”
“Haaah. Ya sudah. Kalau begitu apa yang kulakukan di
duniamu? Apa aku jadi pemimpin di sana?”
“Kau sudah mati.”
Wajah Kim Namwoon kembali pucat.
“Aku bercanda. Kau sedang membangun gundam di sana. Kau
terlihat bahagia.”
“Gundam? Oooh…”
Lee Jihye berjalan mendekati kami dan memukul bagian
belakang kepala Kim Namwoon. “Kenapa kau bersantai di sini? Cepat ambil
itemnya.”
“Uh, uh.”
Kim Namwwon langsung menuruti perkataan Lee Jihye dan
mengambil item-item yang berserakan di sekitar kami. Apa mungkin sebaiknya aku
tidak membunuh pemuda itu di skenario pertama?
Ketika aku sedang sibuk memikirkannya, Kim Namwoon tiba-tiba
menoleh dan berbisik padaku. “Hei, aku punya pertanyaan.”
“Apa?”
“Apa aku bisa meminjam mantelmu sebentar?”
…. Apa katanya barusan?
“Aku melihatmu.” Ucap Lee Jihye.
Kim Namwoon menggerutu dan kembali mengambil item-item yang
berserakan. Lee Hyunsung hanya tertawa melihat kelakuan keduanya.
Ini adalah pemandangan yang sangat damai. Dan di tengah
kedamaian itu, aku kembali teringat pada duniaku. Tidak ada Jung Heewon di
sini. Tidak ada Yoo Sangah dan tidak ada Lee Gilyoung.
…. Ya, Han Myungoh juga. Karena itu, aku harus kembali ke
sana.
Beberapa saat kemudian, kami berhasil mengumpulkan semua
item yang ada di sekitar kami. Aku menatap item-item yang kukumpulkan sambil
tersenyum. Ini dia. satu dari lima pedang yang menjadi kunci untuk
menyelesaikan skenario ke-95. Mungkin Han Sooyoung tahu jika salah satu dari
lima pedang itu ada di sekitar sini.
Jujur, aku merasa sangat terkejut ketika memegang pedang
itu. “Maaf, Hyunsung-ssi.”
“Huh?”
“Apa Han Sooyoung menyuruhmu mengumpulkan pedang ini?”
Lee Hyunsung melihat pedang yang ada di tanganku dan
kemudian menjawab, “Oh, benar. Kami sedang mencari pedang itu.”
Skenario ke-95 adalah skenario di mana ‘lima pedang’ menjadi
kunci penyelesaiannya. Ini adalah skenario di mana Apocalypse Dragon dilepaskan
dengan bantuan 5 kunci tersebut. Tapi pedang ini…
Rasa tidak nyaman mengalir hingga ke kepalaku. Aku menatap
langit dan melihat Apocalypse Dragon’s Sealing Ball melayang ke arah kami. Di
dalam bola hitam itu tertidur seekor naga paling mengerikan dalam novel Cara
Bertahan Hidup.
Seharusnya Yoo Joonghyuk akan melepaskan naga itu dan
mendapatkan cerita raksasa ‘Liberator of the Apocalypse Dragon’ dan kemudian
masuk ke dalam skenario final.
< Di titik ini Kim Dokja menyadari apa yang harus
dia lakukan untuk membunuh Yoo Joonghyuk. >
Tanganku yang memegang pedang kunci itu mulai bergetar.
< Tambah lagi, Han Sooyoung juga memiliki pikiran
yang sama dengannya. >
***
Seharian itu, Kim Dokja terus membaca novel Cara Bertahan
Hidup lagi dan lagi. Dia membaca halaman yang sudah dia baca berkali-kali dan
memeriksa apakah ada kata yang dia lewatkan. Kim Dokja sepertinya berhasil
menemukan sesuatu. Atau mungkin tidak sama sekali. Dia terus melihat layar
smartphone-nya sambil menarik rambutnya beberapa kali dan kemudian dia menghela
nafas. “…. Berisik. Berhenti berbicara.”
Terkadang dia bahkan menghardik Fourth Wall. Ya, Kim Dokja
mencoba melakukan semua yang dia bisa. Ini adalah usahanya untuk membuat sebuah
perubahan. Sebuah usaha yang mungkin tidak akan pernah bisa dimengerti oleh
orang lain.
Tidak lama kemudian, keteguhan terpancar dari tatapan
matanya. Kesimpulan yang dia ambil bukan sesuatu yang dia dapatkan hanya dalam
waktu sehari atau dua hari. Itu adalah Kesimpulan yang didapatkan seseorang
hanya setelah dia membaca sebuah cerita dalam waktu yang sangat lama.
Dengan Kesimpulan yang dia dapatkan, Kim Dokja melanjutkan
bacaannya. Dia membaca lagi, lagi, dan lagi.
Sudah berapa kali dia membacanya? Mata Kim Dokja yang
tadinya bercahaya seperti bintang, perlahan mulai memudar. Kim Dokja jatuh
tertidur.
Yoo Joonghyuk menatap semua itu dengan tatapan kosong. Kim
Dokja yang ada di depannya tertidur karena kelelahan. Bahkan dia sampai
mendengkur pelan saking lelahnya.
Ada percikan cahaya yang muncul dalam mata Yoo Joonghyuk. Nafsu
membunuh mulai muncul dari kedalaman matanya, dan itu hanya tertuju pada satu orang
saja. Yoo Joonghyuk perlahan menarik Heaven Shaking Sword dari sarungnya. Dia
tidak mengeluarkan suara apapun ketika mengarahkan pedangnya ke leher Kim
Dokja.
< Ha ha. Ja ngan la ku kan hal se per ti I tu. >
Yoo Joonghyuk mengernyitkan alisnya. Fourth Wall memunculkan
percikan cahaya di sekitar mereka berdua seakan ingin memberitahu Kim Dokja
jika Yoo Joonghyuk ingin menyerangnya. Yoo Joonghyuk mengirim pesan ke dinding
ilusi itu dengan menggunakan Sound Transmission.
‘Jangan bangunkan dia. Aku akan langsung memenggal
kepalanya jika kau melakukan itu.’
< Hu um. >
Percikan cahaya yang dipancarkan Fourth Wall berkurang
dengan drastis, akan tetapi Yoo Joonghyuk tetap tidak menurunkan pedangnya.
< A pa yan g ka u ing in kan? >
Yoo Joonghyuk tidak mengatakan apa-apa. Sepertinya dia ingin
mengatakan sesuatu, tapi tidak tahu apa yang harus dia katakan. Fourth Wall
tiba-tiba tertawa.
< A ha… A ku Me ng er ti. >
“…”
< A pa ka u pe na sa ra n? >
Yoo Joonghyuk tetap tidak menjawab dan tawa Fourth Wall
menjadi semakin keras. Kata-kata yang muncul di dinding itu menjadi semakin
banyak. Tulisan emas langsung memenuhi ruangan itu. Yoo Joonghyuk mulai melihat
huruf-huruf yang berterbangan di sekitarnya dan menyentuh salah satunya. Huruf
itu merespon sentuhan Yoo Joonghyuk dan mulai bercerita.
< “Namaku Kim Dokja.” >
< “Biasanya aku mengenalkan diriku dengan cara ini
dan kemudian kesalahpahaman akan terjadi.” >
Itu adalah cerita dari dunia yang tidak pernah dia rasakan.
Fourth Wall terkikik.
< Me na rik. >
Yoo Joonghyuk mendengarkan cerita itu dengan seksama. Dia terus
melakukannya hingga malam berganti dan seberkas cahaya muncul di ufuk timur.
.
.
.
Saat Kim Dokja bangun dari tidurnya, Yoo Joonghyuk sedang
menyanderkan tubuhnya ke dinding dengan wajah kosong.
“…. Sialan, aku ketiduran.”
Kim Dokja berdiri dengan rambut acak-acakan kemudian
mengambil smartphone dan pedangnya. Dia menatap keluar jendela dan melihat
pasukan Han Sooyoung sudah bersiap di depan markas. Mereka berkumpul untuk
menyelesaikan skenario ke-95. Di tengah-tengah mereka, Kim Dokja bisa melihat
Han Sooyoung yang sedang menatapnya.
Hari ini adalah hari dimana ‘inkarnasi Yoo Joonghyuk’ akan
mati.
Chapter 293 Daftar Isi Chapter 295
Komentar
Posting Komentar