Mahouka Vol.13 Chapter 2 Part 3
Disclaimer: Novel bukan punya saya
Meski beberapa orang berpikiran
seperti Tatsuya dan tidak ingin terlalu terlibat dengan masalah seperti ini,
beberapa orang lainnya malah membuat masalah itu menjadi lebih besar. Beberapa
orang yang sangat rajin bahkan sampai membuka mata dan telinga lebar-lebar
untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di seberang lautan dan secara aktif
mencari bibit keributan.
Master Gongjin Zhou adalah dari salah
satu orang-orang ini.
“Gongjin.”
Sebuah boneka manusia yang digerakkan
dengan teknik nekromansi berbicara pada laki-laki yang berlutut di depannya.
“Kita
sudah mengetahui jika dalam kompetisi sembilan sekolah yang akan dilakukan
bulan Agustus, pihak militer akan melakukan uji coba senjata rahasia di sana.”
Yang berbicara melalui mulut mayat itu
adalah salah satu dari Seven Sage yang berada di seberang samudra Pasifik, Gide
Hague yang juga dikenal dengan nama Gu Jie. Dia adalah orang yang selamat dari
Dahan’s Military’s Immortalist Unit.
“Senjata baru, Master?”
Saat Gongjin mengulangi kata-kata itu,
pikirannya berkata ‘lagi?’ Kata-katanya tidak merujuk pada uji senjata baru
itu, tapi lebih kepada dia yang harus ikut campur dalam kompetisi itu lagi.
No-Head Dragon, bidak berharga milik Hague sudah hancur setelah melakukan
sabotase di sana tahun lalu.
Dia beranggapan jika ikut campur dalam
kompetisi anak SMA memiliki resiko yang tinggi dan hasil yang sangat kecil.
Tapi sepertinya sang master memiliki pemikiran lain. Dia memikirkan hal itu
sambil menghela nafas lelah.
“Mereka
adalah senjata dengan nama kode P-Weapon. Aku belum bisa menemukan bukti yang
kuat. Tapi berdasarkan situasi yang terjadi belakangan ini, tidak diragukan
lagi. Mereka sedang mencoba untuk menyegel Parasite ke dalam robot automatik
dan menggunakan kekuatan mereka.”
Zhou terkesan saat mendengar deduksi
itu. Rasa terkesan itu bukan ditujukan pada jaringan informasi Hague, tapi pada
level teknologi pihak militer Jepang. Dia bukan ahli, tapi dia yang sudah
mempelajari Taoist Immortalist Arts, dia juga pernah mempelajari dan
menggunakan jurus untuk menyegel para peri (bukan peri Eropa, tapi energi
mistis dari dalam inti monster supernatural) dan menggunakan kekuatan mereka.
Mereka
mereplikasi apa yang dilakukan Yellow Turban Strongman… Apa militer Jepang
benar-benar bisa melakukannya…
“Apa
mereka pikir mereka bisa mengendalikan makhluk seperti mereka? Mereka bukan
transenden. Mereka benar-benar bodoh jika ingin mencoba untuk mengetes
kemampuan senjata-senjata itu dengan menggunakan para anak SMA.”
Impresi Hague berbeda dengan
impresinya. Atau mungkin dia hanya tidak ingin mengakuinya saja.
“Haruskah kita mengganggu uji coba
yang mereka lakukan?”
“Aku
sudah menyiapkan mantra yang akan membuat senjata-senjata itu menggila. Mantra
yang kugunakan adalah Norman shaman spell, tapi aku sudah menyesuaikannya agar
bisa cocok dengan framework para immortalist, karenanya, mantra itu pasti bisa
menjadi alat yang berguna bagimu.”
“Saya mengerti, master. Saya akan
segera melakukan persiapan untuk mengaktifkan mantra penggila ini pada
P-Weapons.”
Gongjin mulai memikirkan rencana di
dalam kepalanya dan rencana itu membutuhkan salah satu pengkhianat dari GAA.
Gongjin pun teringat sesuatu dan bertanya pada Hague.
“Apa tidak apa-apa jika saya hanya
mengancam mereka?”
“Kita
tidak perlu menahan diri dari menyakiti siapapun, tapi kita juga tidak perlu
membunuh mereka. Mencuri teknologi sihir militer Jepang sudah cukup untuk
melemahkan mereka. Rasa marah dan kecewa pasti lebih menyakitkan daripada mati
di medan perang.”
Rencana Hague sepertinya bertujuan
untuk membuat pihak Jepang tersiksa selama mungkin. Itu adalah ide yang sangat
naif dan… berbahaya.
“Tentu, Master Hague.”
Gongjin pun berlutut di depan mayat
itu sambil memarahinya di dalam kepalanya.
XXX
Sebelum pergi ke sekolah besok
paginya, Tatsuya menyempatkan diri untuk pergi menemui Yakumo bersama dengan
Miyuki.
Tatsuya menggunakan baju latihannya
yang biasa sedangkan Miyuki menggunakan baju olahraga versi musim panas yang
terdiri dari T-shirt lengan pendek, penutup lengan anti-UV, sebuah pelindung
cahaya matahari, celana pendek, dan legging anti-UV. Dia juga menggunakan
inline skates dengan roda yang terpisah di kakinya. Sebuah sabuk dengan tas
kecil juga terikat di pinggangnya, di sanalah Miyuki menyimpan CAD dan
barang-barang lainnya.
Keduanya menggunakan pakaian untuk
latihan pagi, tapi sebenarnya tadi malam mereka sudah mengirim pesan pada
Yakumo yang menyatakan jika mereka ingin menunda latihan untuk hari ini,
alasannya adalah karena mereka ingin berbicara dengan sang master. Tapi saat
mereka melewati gerbang kuil milik Yakumo, Tatsuya langsung diserang oleh
sekumpulan murid.
Dilihat dari ekspresi wajah Tatsuya
saat melawan mereka, Tatsuya sama sekali tidak keberatan dengan hal ini.
Faktanya dia sudah menduga jika hal seperti ini akan terjadi. Karena itu dia
mengenakan baju latihan yang biasa dia gunakan setiap kali pergi ke kuil
Yakumo. Tapi Tatsuya sama sekali tidak tergesa-gesa. Hal yang ingin dia
bicarakan bukan sesuatu yang bisa diputuskan dengan cepat. Sebagai gantinya,
dia mengalahkan semua murid Yakumo dengan waktu sesingkat mungkin… artinya, dia
sama sekali tidak memberi ampun kepada mereka.
Yakumo pun duduk di atas tangga menuju
ruangan pendeta untuk melihat perkelahian mereka. Setelah selesai, Tatsuya pun
menghampiri Yakumo dengan Miyuki di belakangnya.
“Selamat pagi, Master.”
“Selamat pagi, Sensei.”
Miyuki yang mungkin menghargai
perasaan sang kakak pun memberikan ucapan selamat pagi dan memutuskan untuk
tidak mengkritik kejahilan yang dilakukan Yakumo.
“Hei, pagi.”
Mereka berdua sama sekali tidak
melihat perasaan bersalah dari wajah Yakumo meski dialah yang membuat para
muridnya menyerang Tatsuya. Mungkin dia tidak pernah memikirkan soal para
muridnya yang kalah dari Tatsuya dan menganggapnya sebagai bentuk ucapan pagi.
Tapi, itu sama sekali tidak penting.
Tatsuya sudah memutuskan untuk membuat kejadian hari ini sebagai sebuah hutang
dan akan meminta bayarannya di lain hari.
“Bagaimana kalau kita berbicara di
dalam?”
Mau itu kebetulan atau tidak, Yakumo
lah yang mengambil inisiatif untuk mempersilahkan kakak beradik itu masuk ke
dalam ruangan pendeta. Tatsuya pun mengikuti sang Master dengan tatapan pasrah.
Saat Miyuki masuk ke dalam setelah
Tatsuya, tiba-tiba pintu tertutup secara otomatis. Tatsuya tidak bisa melihat
sisa aktivitas psionic, jadi pintu di belakang mereka memang pintu otomatis
meski terlihat seperti pintu tradisional yang banyak ditemukan di berbagai
kuil. Atau mungkin ada orang yang menutup pintu itu dari luar, mengingat para
murid Yakumo memang masih berada di luar.
Semua jendela di ruangan itu juga
tertutup hingga memberikan kesan jika ruangan pendeta itu terlihat agak sempit.
Dalam ruangan yang gelap itu, lilin mulai menyala satu per satu. Aroma kuat
mulai menguar dari lilin-lilin itu, aroma yang mirip seperti parfum aromaterapi
yang sepertinya memang sengaja ditambahkan pada lilin-lilin tersebut. Tatsuya
dan Miyuki sama sekali tidak kaget saat melihat semua lilin itu menyala
sendiri, mereka tahu jika Yakumo sudah menggunakan sihir meski mereka tidak
bisa melihatnya.
3 lilin di sebuah tempat lilin tidak
akan cukup untuk menerangi seluruh ruangan, tapi hanya cukup untuk menyediakan
cahaya remang-remang. Tapi, di mata Tatsuya, saat lilin-lilin itu menyala,
ruangan pendeta itu malah terlihat lebih gelap.
Tapi semua itu bukan karena cahaya
dari lilin, Tatsuya merasa… jika suasana itu tercipta karena aroma parfum yang
menyebar ke seluruh ruangan.
Yang dirasakan Tatsuya adalah
penurunan cahaya psionic.
“Apakah ini sebuah bounded field?”
Tatsuya pernah mendengar jika badan
informasi psionic seperti spirit, shikigami, dan sebagainya tidak menyukai
bau-bauan tertentu dan sepertinya bau yang menyelimuti ruangan ini adalah salah
satunya.
“Kita tidak mau jika pembicaraan hari
ini bocor keluar kan?”
Tatsuya berpendapat jika tidak akan
ada penyihir atau mantra apapun yang bisa menembus ruangan ini tanpa diketahui
oleh Yakumo, termasuk keluarga Yotsuba. Tapi jika melihat dari persiapan yang
dilakukan oleh tuan rumah, tampaknya Yakumo memang memiliki banyak alasan untuk
membantu Tatsuya.
“Miyuki, apa kau tidak keberatan?”
“Tentu tidak, oniisama.”
Miyuki langsung memahami ide sang
kakak dan langsung membuat sebuah barrier yang akan memblok semua gelombang
suara dan gelombang elektromagnetik.
“Terima kasih.”
Yakumo menunjukkan seringai jahil pada
mereka berdua. Sepertinya bounded barrier ini hanyalah sebuah kebiasaan saat
dia ingin berbicara di dalam ruangan ini. Tapi, saat memikirkan hal yang ingin
didiskusikan oleh Tatsuya, dia merasa jika perlindungan seperti itu memang
diperlukan. Tatsuya pun langsung mengatakan masalahnya.
“Master, maaf karena kami membawa
masalah untukmu pagi ini.”
Saat Tatsuya menundukkan kepalanya,
Miyuki juga melakukan hal yang sama. Apa yang dilakukan mereka berdua adalah
sebuah permintaan maaf karena mereka merasa jika Yakumo pasti akan memberi
bantuan pada mereka.
Meski hari ini dimulai dengan serangan
dadakan, Tatsuya pun menceritakan informasi yang dia dapat pada Yakumo. Meski
Yakumo ingin membantu mereka berdua, dia tetap tidak bisa mengabaikan isi
cerita Tatsuya.
“Aku terkejut dengan apa yang
dilakukan Kudou… itu adalah ide yang lumayan berbahaya.”
Tidak seperti biasanya Yakumo tidak
berbasa basi dalam memberikan tanggapannya dan langsung masuk ke dalam pokok
permasalahan.
“Aku yakin jika aku tidak perlu
mengatakannya kepadamu, tapi Steeplechase itu sendiri adalah pertandingan yang
cukup berbahaya.”
“Ternyata anda juga berpikiran seperti
itu, Sensei.” ucap Miyuki dengan nada bergetar. Nada suaranya mirip seperti
magma yang sedang bergemuruh di dalam tanah, penuh dengan perasaan marah yang
menggebu.
Sebenarnya pertandingan tahun lalu
seperti Mirage Bat, Monolith Code, dan Battle Board juga memiliki resiko
seperti kecelakaan dan kehilangan kemampuan sihir, itu adalah hal yang tidak
bisa dihindarkan. Tapi tingkat bahaya Steeplechase lebih tinggi dari tingkat
bahaya pertandingan-pertandingan tahun lalu.
“Dia ingin menggunakan pertandingan
berbahaya untuk menguji senjata baru keluarganya? Semua itu cukup untuk
membuatku berpikir jika dia sudah gila.”
Saat komentar seperti itu keluar dari
mulut Yakumo, rasanya konsekuensi dari pertandingan ini menjadi lebih berat.
Seorang praktisi sihir kuno yang menggunakan Acts of Asceticism dengan keras
setiap hari berkata jika apa yang dilakukan oleh keluarga Kudou hampir bisa
disebut sebagai sebuah perbuatan gila.
“Apa anda sudah mengetahui rencana uji
coba senjata keluarga Kudou itu, Master?”
Tatsuya menelpon Yakumo tadi malam jam
8 malam. Dia bertanya karena dia merasa jika Yakumo tidak mungkin bisa
mendapatkan informasi seperti itu secepat ini.
“Apa anda tahu senjata baru macam apa
yang akan mereka ujicobakan?”
Yakumo terpaksa menjawabnya, “Aku
hanya tahu jika kode senjata itu bernama P-Weapons. Sayangnya aku tidak tahu
mengenai detail apapun.”
“Anda bahkan tidak tahu apa-apa,
Sensei?” tanya Miyuki setengah tidak percaya. Agak sulit baginya untuk percaya
jika Yakumo tidak bisa menemukan apapun
meski sudah melakukan investigasi…. Ya, dia bahkan tidak yakin mengenai
identitas kakak beradik itu yang sebenarnya hingga mereka menjadi muridnya.
Tapi, kali ini Miyuki benar-benar melupakan hal itu karena dia dan kakaknya
tidak mengetahui kekurangan yang mereka miliki.
“Aku belum menemukan apa-apa.”
Yakumi sepertinya tidak menyadari
kata-kata ironis yang tidak sengaja dikatakan oleh Miyuki. Mungkin dia sedang
memikirkan masalah lain, atau memikirkan soal murid lainnya yang tidak berada
di sini.
“Kurasa Kazama mengetahui hal ini.”
“Maksud anda, mayor menyimpan
informasi itu untuk dirinya sendiri?” tanya Tatsuya.
“Tidak seperti itu juga. Dia tidak
memiliki keharusan untuk membocorkannya pada kita.”
Perkataan Yakumo memang benar dan
Tatsuya merasa sedikit malu dengan perkataannya. Dia tergabung dalam JGDF
sebagai tentara spesialis, jabatan yang tidak akan terlalu membebaninya. Dia
bukan tentara dalam arti harfiah, dan jika mempertimbangkan hierarki dalam
organisasi militer, posisi Kazama berada di atasnya. Seorang superior tidak
wajib untuk mengatakan semua detail yang dia ketahui kepada para bawahannya.
Dan lagi, Tatsuya adalah anggota dari
keluarga Yotsuba. Tidak peduli berapa banyak saudara yang menganggapnya sebagai
bagian dari keluarga itu, dia tetap salah satu personel tempur milik mereka.
Batalyon 101 adalah rival dari 10 Master Clan, dan Kazama adalah pemimpin
mereka. Dengan Yotsuba yang berperan sebagai pemimpin diantara 10 Master Clan,
tidak aneh jika Kazama menyembunyikan beberapa hal dari dirinya.
“Mau bagaimanapun, jika kita tidak
mengetahui apapun mengenai uji coba yang ingin dilakukan oleh Kudou, kita tidak
bisa merencanakan serangan balik untuk itu…”
Yakumo mengepalkan tangannya. Tapi
tatapan wajahnya terbakar dengan api rivalitas. Wajahnya terlihat percaya diri…
dia percaya jika dia bisa menguak rahasia terdalam dari P-Weapons itu
secepatnya.
“Kalau begitu, anda akan mulai
menyelidikinya?”
Komentar Tatsuya terdengar seakan
dirinya tidak tahu bagaimana respon yang tepat ketika mereka tidak mengetahui
apa yang akan dilakukan oleh lawan bicara mereka.
“Ya.” jawab Yakumo sambil mengangguk
ke arah muridnya itu dan mungkin itu hanyalah jawaban untuk menjaga agar
percakapan tetap berjalan. “Mungkin aku harus pergi ke Nara.”
“Ke lab 9 yang lama?”
“Ya, tempat itu punya koneksi yang
besar.”
Tatsuya juga mengetahui perselisihan
antara penyihir kuno yang berhubungan dengan lab 9 dan para Numbers dengan
karakter ‘sembilan’ di nama mereka. Keputusan Yakumo membuat Tatsuya berpikir
jika mungkin itu adalah alasan kenapa Yakumo terlihat sangat antusias daripada
biasanya…
Komentar
Posting Komentar