ORV Chapter 317: Episode 60 -Taste of Ruin (2)
Disclaimer: Novel ini bukan punya saya
Surya berjalan mendekatiku dan kemudian berdiri tepat di
depanku. Dia lebih tinggi 20 cm dariku. Aku memperkuat statusku untuk menghalau
tekanan aura yang dia pancarkan. Saat ini kantor Metatron dipenuhi oleh aura
konstelasi itu.
Mulai sekarang, ini adalah pembicaraan antara 2 konstelasi.
“Kehancuran Olympus…. Apa itu keinginanmu? Atau keinginan Vedas?”
“Apa itu penting?”
“Tentu saja.”
Dugaanku, masalah antar nebula saat ini pasti sedang ada di
puncaknya. Mereka menginginkan kerjasamaku untuk menghancurkan satu sama lain…
Dengan kata lain, aliansi antara Vedas, Olympus, dan Papyrus tidak sekuat yang bisa
dilihat di permukaan. Semua nebula besar pasti sedang berlomba-lomba untuk
mendapatkan ‘A Sigle Story’.
Surya berpikir selama beberapa detik sebelum akhirnya menjawab,
“Aku tidak suka pada Olympus dan Vedas. Apa jawaban itu cukup?”
Jawabannya terdengar ambigu. Tapi di sisi lain, itu adalah
jawaban yang kuinginkan. Berdasarkan novel Cara Bertahan Hidup, Surya memang
salah satu konstelasi heretik di Vedas. Aku berkata, “Jawaban itu sudah cukup.”
“Aku memiliki otoritas untuk memberikan satu Soma. Kau
tahu siapa aku, kan?”
Surya adalah sumber Soma—minuman para dewa. Jika aku
mendapatkan izin darinya, mendapatkan Soma bukan perkara sulit. Ah,
ngomong-ngomong…. Situasinya menjadi semakin menarik.
Metatron mengetuk meja dengan jarinya seakan dia puas dengan
pertukaran yang kami lakukan. Aku memperhatikan gerak-geriknya dan kemudian
berkata, “Aku masih punya pertanyaan. Apa yang dimaksud menghancurkan Olympus
itu…”
“Skenario ke-60, Gigantomachia.”
“Itu hanya event hiburan. Mereka akan memanggil beberapa
raksasa untuk diburu dan…”
“Jika mereka tidak serius, kau bisa membuat mereka
menjadi serius.”
…. Hm? Kenapa dia berkata seperti itu? Apa dia mengikuti
channel Biyoo?
“Olympus tidak akan hancur secara tiba-tiba karena satu
skenario. Tapi, mungkin kita bisa menggunakannya sebagai batu loncatan menuju
kehancuran mereka.”
“Bagaimana caranya?”
“Bukankah kau sudah memikirkan bagaimana caranya?”
Mata ketiga milik Surya menatapku dengan sangat intens. Ya,
aku tidak bisa mundur dan berpura-pura tidak tahu.
“Melakukannya hanya dengan kekuatanku dan nebula baruku memang
kedengaran sangat absurd. Tapi aku memiliki beberapa cara.”
Jari Metatron berhenti bergerak. Aku terus menatapnya.
“Scribe. Kumohon kau bisa bertanggung jawab karena sudah memanggilnya kemari.”
“Bertanggung jawab? Apa maksudmu?”
“Jadilah saksi dari kontrak ini.”
Metatron terlihat tertarik dengan perkataanku. Ekspresinya
langsung berganti dari seorang penonton yang hanya melihat dan menunggu menjadi
ekspresi ahli strategi yang penuh perhitungan.
“Apa keuntungan yang bisa kudapatkan jika aku menjadi
saksi untuk kalian berdua?”
“Aku akan memberikan hak dari cerita raksasa yang akan
kudapatkan kali ini.”
Hak dari cerita raksasa. Tidak peduli apapun skenarionya,
cerita raksasa selalu menggoda dan tidak bisa diabaikan oleh nebula manapun.
Terlebih lagi nebula Eden memerlukan banyak cerita raksasa untuk menyeimbangkan
badai probabilitas yang muncul karena insiden yang terjadi setiap hari.
Metatron menganggukkan kepalanya dengan ekspresi puas.
“Naturally, your mouth can’t be empty.”
“Tentu saja, kau tidak boleh diam.”
“Apa maksudmu? Bukankah aku hanya perlu menjadi saksi
saja….”
“Kau menginginkan hak cerita raksasa hanya dengan melakukan
itu? Kemana hati nurani seorang archangel?
[Fourth Wall menganggukkan kepalanya.]
[‘Wall Dividing Good and Evil’ menatap masternya dengan
lekat-lekat.]
Semburat merah muda muncul di wajah Metatron. Terkadang,
keadilan juga bisa mengarah pada sang master itu sendiri.
Surya menggelengkan kepalanya dan bergumam, “Kau
benar-benar cocok berperan sebagai demon king.”
“… Demon King Of Salvation, apa ada yang kau inginkan
dari Eden?”
Aku menganggukkan kepalaku. Ada banyak hal yang kuinginkan.
Apalagi, ada banyak hal yang harus kupersiapkan jika ingin mengikuti skenario
Gigantomachia.
< Kim Dokja mengingat kejadian yang terjadi di
regresi ke-1863. >
Aku tidak akan kehilangan siapapun.
< Dalam pikiran Kim Dokja, informasi dari novel
Cara Bertahan Hidup muncul dan menghilang berulang kali. >
Mulai saat ini akan ada banyak konstelasi tingkat tinggi
yang ikut bergabung dalam pertempuran. Tidak hanya Surya dan Lokapala Vedas
lainnya, aku yakin beberapa konstelasi Olympus juga akan turut serta dalam
skenario ini.
Apa hanya itu saja? Aku mungkin juga akan bertemu dengan
para demon king yang menjadi musuhku dalam skenario Demon King Selection.
Mungkin aku juga akan bertemu dengan Michael.
…Michael.
< Pada akhirnya, Kim Dokja membuat keputusannya.
>
Aku melihat beberapa item yang tersusun rapi di rak yang ada
di belakang Metatron. “Berikan aku satu star relic milik Eden.
***
Beberapa menit kemudian, Kim Dokja yang sudah menyelesaikan
perjanjiannya dengan Surya sedang berdiri di depan sebuah portal. Tidak seperti
portal yang dia gunakan saat datang, portal ini berbentuk seperti sebuah pintu.
Beberapa malaikat terlihat ikut mengantarkan kepergiannya.
“…. Kau sudah mau pulang?”
Uriel yang terlihat sedih terus memegang lengan baju Jung
Heewon. Wanita itu menatap Uriel selama beberapa detik dan kemudian memeluknya.
“Uh….?”
Uriel awalnya terkejut, tapi dia membalas pelukan
inkarnasinya itu. Wajahnya penuh dengan emosi.
[Konstelasi ‘Lily Pin of Aquarius’ menatap inkarnasi
‘Jung Heewon’.]
Pesan dari Gabriel tiba-tiba muncul. Kim Dokja menatap
langit sambil memikirkan sesuatu, kemudian dia berkata pada Jung Heewon,
“Maafkan aku karena harus menyela salam perpisahan kalian, tapi selama 1 minggu
kedepan Heewon-ssi akan tetap tinggal di sini.”
“Huh?”
“Jangan khawatir. Aku sudah bicara pada Scribe.”
Mata Uriel membelalak lebar. “Benarkah? Apa dia boleh
tetap tinggal?”
“Tentu. Sebagai gantinya, tolong latih Heewon-ssi. Ini
pertemuan kalian setelah 3 tahun tidak berhubungan sama sekali, kan?”
“Ya! Serahkan padaku!”
Kim Dokja mengalihkan tatapannya dari Uriel yang tersenyum
lebar kepada Jung Heewon. “Heewon-ssi, kita akan bertemu seminggu lagi di
Olympus.”
“…. Aku mengerti. Kupastikan aku menjadi lebih kuat saat
kembali nanti.”
Setelah bersalaman selama beberapa detik, Kim Dokja
menghilang ke dalam portal. Beberapa malaikat terlihat tidak puas dan beberapa
yang lain hanya menghela nafas.
Tidak lama kemudian sosok Kim Dokja sudah tidak terlihat
lagi dan para malaikat kembali pada pekerjaan mereka masing-masing. Gabriel
melihat dari kejauhan.
“Gabriel.”
“Scribe.”
Gabriel menundukkan kepalanya pada Metatron yang muncul dari
balik punggungnya.
“Kenapa kau tidak bertemu dengannya dan bercakap-cakap?”
Gabriel tidak menjawab.
“Masalah Jophiel bukan salahmu.”
“Tapi…”
“Jophiel itu kuat. Dia sudah melakukan tugas dengan
semestinya. Pilihan yang dia buat akan menjadi langkah pertama untuk mencegah
kehancuran Eden.”
Mata Gabriel berkedut saat dia mendengar kata ‘kehancuran’.
Mulutnya terbuka seakan ingin mengatakan sesuatu.
[Sebuah pesan sudah tiba.]
Dari langit muncul sebuah pesan yang ditujukan pada
Metatron. Ternyata, itu adalah pesan yang dikirim oleh Commander of the Red
Cosmos.
-Ini adalah laporan mengenai identitas dari outer god,
Secretive Plotter.-
Metatron membaca isi pesan itu dan kemudian berkata, “Sebentar
lagi pertarungan yang sesungguhnya akan dimulai.”
***
Jalanan yang ramai ini mengingatkannya pada situasi yang ada
di medan pertempuran. Di tengah perjalanan menuju rumah lelang, ada banyak
pedagang yang menawarkan berbagai macam barang.
Yoo Joonghyuk berbicara pada orang yang ada di sampingnya,
“Cepat.”
Meski kata-katanya terdengar kasar, sebenarnya Yoo Joonghyuk
selalu memperhatikan gerak-gerik Lee Seolhwa. Dia berjalan sedikit di depan Lee
Seolhwa seakan khawatir jika para inkarnasi yang sedang melintas bisa menyakiti
wanita itu. Beberapa inkarnasi menghardiknya, tapi Yoo Joonghyuk tidak peduli.
“Kau yang harusnya menyingkir…”
“Dulukan pejalan kaki.”
Muka badak Yoo Joonghuk membuat Lee Seolhwa tertawa. Yoo
Joonghyuk bertanya, “…. Kenapa kau tertawa?”
“Joonghyuk-ssi pernah bilang kalau kau adalah seorang
regressor.”
“Itu benar.”
“Kalau begitu, apa kita pernah bertemu di kehidupanmu yang
sebelumnya?”
Yoo Joonghyuk tidak tahu harus menjawab apa, tapi pada
akhirnya dia berkata, “Tidak.”
“…. Begitu ya.”
Atmosfer di antara mereka berdua terasa canggung. Lee
Seolhwa melirik beberapa kali ke arah Yoo Joonghyuk. Laki-laki itu adalah
seseorang yang selalu berjalan jauh di depannya, meski secara fisik dia sedang
berjalan di sebelahnya.
Lee Seolhwa tersenyum kecut. “Sebaiknya kita tidak
terburu-buru. Mungkin saja ada buku yang ingin kau beli.”
“Kita tidak punya waktu untuk itu.”
“Tapi aku sudah beli satu buku?”
Lee Seolhwa tersenyum sambil melambaikan skill book yang ada
di tangannya.
[Skill – Preserve Humidity.]
Yoo Joonghyuk membaca judul buku itu sambil menyipitkan
matanya. “Kau membeli skil yang tidak berguna.”
Lee Seolhwa tidak mendengarkan perkataan Yoo Joonghyuk dan
mulai menggunakan skill itu untuk membuat wajah dan bibirnya menjadi lebih
lembab. Setelah skenario dimulai, mendapatkan skill yang berhubungan dengan
kebutuhan sehari-hari sangatlah sulit. Karena itu, skill seperti ini menjadi
sangat populer baik di kalangan wanita dan laki-laki. Lee Seolhwa melirik wajah
Yoo Joonghyuk dan berkata, “Joonghyuk-ssi, apa kau tidak membutuhkannya? Bagian
belakang tangan dan bibirmu terlihat agak kering. Apalagi suhu kota ini cukup
rendah, jadi kulitmu akan lebih mudah menjadi kering.”
“Aku tidak butuh skill yang tidak berguna dalam
pertarungan.”
“Tapi Dokja-ssi juga punya skill ini?”
Alis Yoo Joonghyuk berkedut. “Kim Dokja juga punya skill
itu?”
“Ya. Dia bilang kau harus memilikinya jika ingin populer di
kalangan konstelasi…”
“Dia memang ingin menjadi idol.” Jawab Yoo Joonghyuk sambil
menggeratakkan bibirnya. Setelah itu dia terus berjalan.
Lee Seolhwa hanya tertawa saat melihat tingkah Yoo
Joonghyuk. Dia tidak tahu kenapa, tapi laki-laki dingin itu menjadi semakin
marah saat dia mendengar nama Kim Dokja.
Tiba-tiba mata Yoo Joonghyuk mengarah pada sebuah lapak.
-Diskon 50% untuk skill book.-
Lee Seolhwa semakin tidak bisa menahan tawanya. “Apa kau mau
beli satu?”
Langkah Yoo Joonghyuk terhenti. Lee Seolhwa berpikir mungkin
Yoo Joonghyuk menyukai item yang baru saja dia lihat, tapi ada sesuatu yang
salah. Saat wanita itu melihatnya dengan lebih seksama, dia melihat Yoo
Joonghyuk mengepalkan tangannya dengan erat. Wajahnya dipenuhi dengan
kemarahan.
“…Yoo Jonghyuk-ssi?”
Pintu masuk rumah lelang masih agak jauh, tapi mereka bisa
melihatnya dari tempat mereka berdiri. Sekelompok inkarnasi masuk ke dalamnya.
Saat Lee Seolhwa melihat seorang wanita dengan rambut pirang, jantungnya
langsung berdetak cepat. Yoo Joonghyuk yang tidak bisa menahan nafsu
membunuhnya pun langsung meraih Black Demon Sword yang ada di pinggangnya.
“Joonghyuk-ssi, tunggu!” Lee Seolhwa langsung mencengkram
tangan protagonis. Dia tahu siapa wanita berambut pirang itu.
Prophet dari Asgard. Dia ingat cerita tentangnya. Yoo
Joonghyuk dari regresi sebelumnya mati setelah dikhianati oleh wanita itu.
“Tidak. Tempat ini…. Anggota yang lain…!”
Jantung Lee Seolhwa berdetak semakin kencang. Tidak peduli
seberapa kuat Yoo Joonghyuk, rumah lelang yang mereka tuju dimiliki oleh para
konstelasi. Tidak aneh jika tempat itu menjadi tempat berkumpul para konstelasi
level sejarah rendah dan tinggi. Di samping itu semua, musuh Yoo Joonghyuk
tidak hanya satu orang. Jika dia membuat keributan sekarang…”
“Sudah kuduga akan jadi seperti ini.” Suara sarkas itu
berasal dari Han Sooyoung yang baru saja tiba. “Apa kau sudah lupa? Kim Dokja
bilang jangan buat keributan.”
Han Sooyoung berdecih ke arah Yoo Joonghyuk seakan laki-laki
itu adalah sosok yang menyedihkan. Yoo Joonghyuk menjawab, “Ini bukan
urusanmu.”
“Bukan urusanmu? Bukannya kita ini companion?”
“Companion?” ekspresi Yoo Joonghyuk terlihat semakin suram.
“Kau salah besar.”
“Ini sudah keterlaluan…. Hei, meski kau itu protagonisnya,
tapi…!”
“Sooyoung-ssi.”
Suara dari pendatang baru itu membuat Han Sooyoung memijat
pelipisnya. Dia bergumam, “Hhh…. Aku tidak bisa hidup tenang gara-gara Kim
Dokja dan Yoo Joonghyuk.”
“Anna Croft harus dihabisi di sini.”
“Tapi Kim Dokja tidak mau itu terjadi.”
“Ini tidak ada hubungannya dengan Kim Dokja.”
“Bagaimana jika hanya membuatnya setengah mati?”
Yoo Joonghyuk terdiam sambil terus menatap Han Sooyoung.
Wanita itu balik menatap Yoo Joonghyuk dan kemudian mengedarkan pandangannya ke
arah pintu masuk rumah lelang.
“Bagaimana kalau aku punya ide bagus?” ucapnya sambil
menunjukkan sebuah item.
Mata Yoo Joonghyuk terbelalak saat melihat item itu. “Itu…?”
“Aku mengambilnya dari kantong Kim Dokja.” Senyum iblis
menghias wajah Han Sooyoung. “Mungkin kita bisa menggunakannya untuk mencoba
kemampuan milih peramal itu.”
Chapter 316 Daftar Isi Chapter 318
Joonghyuk ga peduli laki ato cewe, tetep aja tsundere, pdhl itu seolhwa loh
BalasHapus