Death Note Netflix Adaptation. It's A Good Film, But...
Ngomong soal Death Note pasti yang muncul di kepala adalah
Light, L, shinigami, Kira, dll. Death Note sendiri adalah salah satu serial
anime yang sangat terkenal sampai-sampai berkali-kali diangkat jadi film baik
buatan aseli Jepun dan adaptasi barat.
Anime yang menceritakan pertarungan antara 2 manusia genius
bernama Light dan L yang disebabkan karena Light yang di suatu hari yang cerah
menemukan death note milik Ryuk yang memang sengaja dia jatuhkan di dunia
manusia. Light yang mengetahui kekuatan dari note itu akhirnya memiliki
keinginan atau ambisi untuk mengeliminasi semua penjahat dari muka bumi dan
dengan itu dia mulai membunuh para penjahat dan tahanan sampai membuat
keributan di jajaran kepolisian Jepang. Kepolisian yang sudah tidak tahu harus
berbuat apa akhirnya meminta bantuan pada detektif nomor 1 di dunia, L. dari
sinilah duel mereka berdua dimulai.
Lalu apa yang jadi masalah? Semua adaptasi Death Note pasti
keren kan?
Di Jepang sendiri Death Note sudah masuk bioskop seenggaknya
4 kali lewat filmnya yang berjudul Death Note dan Death Note Last Name, yang
ceritanya sama kayak animenya. L: Change the World yang Cuma nyeritain L tanpa
Light (Kira). Yang terakhir Death Note: Light up the NEW World yang mengambil
setting 10 tahun setelah kejadian Kira. Dan di Amerika sendiri tahun ini juga
dibuat film adaptasinya dengan judul Death Note. Sungguh anime yang sangat
terkenal dan disukai banyak orang.
Buat aku, setiap live action pasti punya masalah.
Masalah pertama, yang paling sederhana adalah soal ganteng
nggaknya pemeran dalam film *baca: masalah visual karakter*. Kita tahu lah ya
kalo di manga dan anime karakter utama apalagi cowok pasti dibuat ganteng maksimal
tingkat tinggi, apalagi komik romance. Bukan masalah yang besar sih, muka itu
selera masing-masing, yang penting acting dan penjiwaannya kan?
Masalah kedua, jalan cerita yang banyak dipotong. Bayangkan anime
Death Note ada 40 an lebih episode, manganya 12 buku (kalo nggak salah), film
adaptasinya cuma 2 biji. Ato misalnya film Your Lie in April, dari 23 episode
dirangkum jadi film dengan durasi nggak lebih dari 2 jam. Hal ini memang jadi
problem dan tantangan tersendiri, apalagi buat yang nulis naskah.
Masalah ketiga, ada adaptasi yang ceritanya dirubah
besar-besaran, contoh: adaptasi film Attack on Titan yang menurutku menyebalkan
sekali, walaupun dari segi cerita sebenernya lumayan bagus, bahkan para titan
yang muncul juga super duper keren. Lalu apa yang bikin sebel? Banyak! Mulai dari banyak tokoh baru, Levi sama Erwin
yang raib, Shikishima yang minta dibantai, nggak ada trio titan shifter, Mikasa
yang… entahlah, Eren yang gimanaa gitu (walaupun ganteng) dan… masih banyak pokoknya. Silahkan lihat filmnya
sendiri.
Nah, sama kayak Death Note. Terutama adaptasinya yang paling
baru dari Netflix. Ceritanya sih bagus, tapi mungkin bagi para penggemar berat
Death Note cerita dari film ini bikin KZL kayak film Titan diatas. Sebenernya,
menurutku, yang bikin kesel itu karakter-karakter yang ada di filmnya, masalah
plot cerita mungkin banyak yang lubang, tapi buat aku nggak papa sih, mengingat
durasi. Tapi emang sih menurutku, plot yang banyak lubangnya bakal bikin cerita
jadi hambar. Apalagi kalo udah pernah nonton anime atau film terdahulu.
Singkat cerita,Light Turner ngemuin Death Note terus dia
ngebunhin penjahat yang keterusan ngebunuh oang-orang non-penjahat dan berakhir
dengan kejar-kejaran sama L. Inti ceritanya sama, tapi entah kenapa 2 karakter
sentral Death Note Netflix jadi punya kepribadian berkebalikan 180 derajad sama
karakter di versi aslinya.
Di suatu laman ada yang nulis yang intinya,
‘yah kenapa
nggak, mereka jadi lebih manusiawi kan?'
Light yang kadang nggak berpikir
panjang, atau L yang kadang-kadang suka galau dan baper. Beberapa sifat manusia
yang manusiawi banget. Kita sebagai
manusia pasti pernah dan sering kan ngelakuin 3 hal diatas kan? Dan sebagai perbandingan,
di seri aslinya Light adalah siswa teladan yang bercita-cita jadi detektif
untuk menegakkan keadilan, sedangkan L adalah detektif kelebihan gula yang
punya sifat nyentrik juga jarang menunjukkan emosinya. Mereka berdua adalah
manusia yang memiliki otak dengan kecerdasan diatas rata-rata atau bisa
dibilang genius.
Lalu apa bedanya? Yang di Netflix kan juga mereka berdua
genius? Ya, Light dan L di Netflix sama geniusnya. TAPI, orang genius mana yang
ngasih tahu kalau dia bisa bunuh orang pakai death note ke pacarnya sendiri? Padahal
pacarnya itu bisa aja ember ke polisi. Dan orang genius mana yang ngomong apa
yang dia lakuin *baca: bunuh orang* langsung ke detektif yang lagi ngejar-ngjar dia? Well, dia mungkin genius
tapi dia terlalu percaya diri, for me. Ada yang bilang di satu laman ‘kalo kamu
punya kemampuan kayak gitu pasti kamu pingin ngasih tahu orang lain kan?’
bener, tapi rasanya nggak cocok sama orang genius kaya Light yang harusnya
punya sifat amat sangat hati-hati (soalnya dia kan pembunuh). Coba pikirkan,
kalo kamu punya keinginan untuk memberantas para penjahat dengan cara membunuh mereka, yang membuatmu mungkin
dikejar polisi, will you tell someone
about it? Sama aja kayak:
“Sayang, aku bisa bunuh orang loh
pake buku ini *nunjukin death note*. Aku keren kan? Mau nyoba?”
Kalo pacar kamu nggak out of the box kayak Mia, mungkin aja dia
udah lari dan buru-buru nelpon polisi… atau rumah sakit jiwa karena dikira agak
gila.
Dan L digambarkan sebagai karakter yang emosinya gampang
naik turun, dan tidak se-stabil versi aslinya. Mudah marah, mudah kecewa, bisa
baper, dll. Kalau di versi aslinya L lebih kayak mesin deduksi yang bisa
menebak seberapa besar kemungkinan Light adalah Kira hanya dari gerak gerik dan
kata-katanya. Dan memang menurutku untuk detektif yang udah banyak lihat
kejadian gore atau pembunuhan di seluruh dunia, ada kemungkinan L versi asli
udah nggak memikirkan apa status penjahat yang dia tangkap. Mau sodara, temen,
kenalan, atau apalah, if you do something
against the law, you are my enemy gitu pokoknya. Dan pastinya hal ini bisa
menghapus atau setidaknya membuat dia lebih banyak menyembunyikan emosinya dan
pasang muka datar. Atau mungkin emang L aslinya kayak gitu *Rei sok tahu: mode
on*. Dan ada satu scene dimana L kayak di… ingatkan? Diancam? Disuruh? … Entahlah
sama seorang petinggi kepolisian atau CIA/FBI mungkin yang menurutku aneh. Bukannya
malah L yang yang bisa nyuruh-nyuruh mereka? Misalnya di versi asli L bahkan
menyuruh anggota penyelidik untuk kasus Kira mindahin kantor mereka ke hotel
atau apartemen yang dia tempati biar akses dia jadi lebih mudah, daripada
bolak-balik ke kantor polisi. Dan di versi asli nggak ada yang protes sama L,
bahkan Yagami papa saat anaknya disekap gegara dikira Kira sama L.
intinya sih, film nya bagus, apalagi yang adegan kincir itu... tapi mungkin bagi para
penggemar yang sudah lihat fil adaptasi versi Jepang, film ini agak nggak berasa death note nya, terutama interaksi antara L dan Light jadi aneh. Mungkin kalau dibilang Deat Note:
Another Universe bakalan lebih tepat kali ya, karena yang sama dari film Death
Note adaptasi Netflix dan adaptasi Jepang ya Cuma Death note nya aja,
menurutku. Tapi katanya Netflix mau buat sekuel nya kan? Semoga lebih seru dari
yang pertama. Kalo bisa syutingnya jangan banyak gelap-gelapnya.. berasa film horror
soalnya.
Tapi kalau boleh jujur, masih bisa lebih menikmati ini
dibandingkan film Titan di sebelah.
Wew.. panjang ya. Ya sudah sekian tulisan ini.. terimakasih,
dan maaf ya kalau ada salah kata
Buat aku, ini kelakuan Light Turner yang paling ababil...
Dasar, Light zaman now kebanyakan makan micin 😂😆
Komentar
Posting Komentar